Badan Pusat Statistik Kota Madiun mencatat bahwa pada Agustus 2020 di wilayah setempat mengalami deflasi dengan laju sebesar 0,02 persen, dipicu pandemi COVID-19 yang hingga kini masih berlangsung.

Kepala BPS Kota Madiun Umar Sjaifudin mengatakan deflasi terjadi karena berbagai faktor, salah satunya penurunan daya beli masyarakat karena adanya pembatasan sejumlah aktivitas.

"Dari 11 kelompok pengeluaran, ada tiga kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi," ujar Umar Sjaifudin dalam keterangannya, Rabu.

Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,74 persen; kelompok informasi komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen; dan kelompok kesehatan sebesar 0,12 persen.

Sedangkan, kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yakni sebesar 1,37 persen.

Selain itu, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga hingga menyumbang inflasi. Seperti, emas perhiasan, nasi dengan lauk, air kemasan, susu bubuk, dan bawang putih.

Sementara, sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga dan mendorong terjadinya deflasi selama Agustus 2020, adalah bawang merah, daging ayam ras, jeruk, beras, dan tomat.

Dari delapan kota IHK di Jatim, tiga kota mengalami inflasi dan lima kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Surabaya sebesar 0,07 persen, diikuti Sumenep 0,03 persen, dan Kediri 0,02 persen.

Sedangkan kota yang mengalami deflasi masing-masing Jember sebesar 0,11 persen, Probolinggo 0,07 persen, Malang 0,06 persen, Madiun 0,02 persen, dan Banyuwangi 0,01 persen.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020