Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan 265 kamar hotel untuk ruang isolasi perawatan pasien COVID-19, setelah seluruh rumah sakit rujukan di Kota Pahlawan, Jawa Timur, mengalami overload atau jumlah pasiennya melebihi daya tampung.

"Jadi, kita sudah siapkan ada 265 kamar hotel untuk ruang isolasi. Untuk saat ini sudah ada 36 orang yang masuk (isolasi) ke hotel," kata Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya M. Fikser di Balai Kota Surabaya, Senin.

Fikser menjelaskan overload-nya ruang isolasi di seluruh rumah sakit di Surabaya karena jumlah tempat tidur yang ada terbatas. Apalagi, pasien berstatus orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) maupun positif COVID-19 harus dirawat di ruangan khusus untuk mencegah terjadinya penularan.

Saat ini jumlah pasien yang masuk rumah sakit terkait kasus COVID-19 di Surabaya sebanyak 798 orang, sedangkan jumlah tempat yang ada di seluruh ruang isolasi di rumah sakit Surabaya hanya 403 buah.

"Karena ruang isolasi itu tidak hanya digunakan merawat pasien positif COVID-19, tetapi juga ODP dan PDP juga harus dimasukkan ke dalam ruang isolasi. Sehingga dari jumlah 798 pasien yang dirawat, terjadi kelebihan pasien 395 orang," kata Fikser.

Namun begitu, Fikser memastikan bahwa pihaknya tetap berupaya maksimal untuk menambah jumlah bed di ruang isolasi pada rumah sakit milik Pemerintah Kota Surabaya. Bahkan, rumah sakit milik swasta juga sedang melakukan hal yang sama dengan rencana penambahan tempat tidur.

"RSUD dr. Soewandhie dan RSUD BDH (Bhakti Dharma Husada) masih dalam proses renovasi pengembangan, begitu juga di rumah sakit (swasta) yang lain," katanya.

Fikser menjelaskan, untuk RSUD dr. Soewandhie, saat ini jumlah bed di ruang isolasi sekitar 22 buah. Rencananya, jumlah bed di ruang isolasi rumah sakit ini ditambah 20 buah, sehingga ke depan totalnya berjumlah 42 buah.

"Sedangkan di RSUD BDH Surabaya, kapasitas bed di ruang isolasi ada 20 unit. Rencana kita tambah 30 unit, jadi nanti jumlahnya sekitar 50 unit," katanya.

Menurutnya, karena COVID-19 merupakan virus yang tergolong berbahaya, makanya pasien harus ditempatkan di ruang isolasi khusus. Hal ini bertujuan melindungi tenaga kesehatan dari penularan virus tersebut. Selain mereka juga harus melindungi diri dengan menggunakan APD (alat pelindung diri).

"Karena jika pasien tidak ditaruh di ruang isolasi bisa berbahaya, kasihan juga nakesnya karena mereka bisa merawat di situ berjam-jam," ujarnya.

Apalagi, kata dia, sekarang ini tidak hanya rumah sakit rujukan di Surabaya yang melakukan perawatan kasus COVID-19. Semua rumah sakit yang memiliki ruang isolasi juga melakukan halnya sama. Setidaknya ada 54 rumah sakit di Surabaya yang melakukan perawatan COVID-19.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020