Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, memberlakukan kebijakan isolasi wilayah secara ketat di Desa Jabalsari setelah hasil rapid test terhadap 900 orang warga setempat ditemukan belasan yang positif dan diduga mengarah ke COVID-19.

Bupati Tulungagung Maryoto Birowo, Minggu, menyatakan isolasi wilayah diberlakukan dengan menetapkan Desa Jabalsari sebagai desa prioritas penanganan (pandemi virus corona), menyusul ditemukannya satu kasus positif COVID-19 dan terjadi kontak masif dengan puluhan, bahkan ratusan warga lain melalui forum pengajian tahlil dan yasin serta takziah.

"Isolasi sudah kami berlakukan sejak Jumat (24/4/2020) untuk mencegah penularan ke daerah lain," kata Bupati Maryoto dalam pidatonya yang disiarkan kepada awak media.

Kebijakan isolasi wilayah dipatuhi warga dan pemerintah desa. Bahkan, sebelum keputusan diambil warga dibantu aparat TNI/Polri mulai menutup sejumlah akses jalan perkampungan mereka demi memastikan warga tidak bisa keluar-masuk tanpa izin dan tujuan jelas.

Tak hanya di Desa Jabalsari, penutupan akses jalan juga dilakukan desa-desa di sekitarnya. Semua jalur, baik jalur utama, jalan alternatif maupun jalan tikus (setapak sekalipun), semua ditutup dengan cara dipalang dengan aneka kayu dan batu.

Kebijakan itu dimaksudkan guna memastikan tak ada warga Desa Jabalsari yang berstatus isolasi wilayah, keluar dan beraktivitas ke kampung sebelah. Bahkan untuk kepentingan belanja, menyambangi saudara/kerabat, hingga ziarah kubur sekalipun.

Warga yang berniat belanja kebutuhan di pasar yang terletak di desa tetangga juga ditolak.

Menurut penuturan warga bernama Gunawan, selain jalan-jalan antardesa ditutup, uang dari warga Desa Jabalsari tak laku digunakan pembayaran di luar. Pedagang menolak, dengan alasan khawatir terpapar corona.

"Karena itu kami mengimbau bagi warga lain yang ingin menyumbang ke (warga) Desa Jabalsari sebaiknya dalam bentuk barang langsung. Jangan kami diberi uang, tidak laku. Tidak ada gunanya nanti kalau uang sumbangan tidak bisa kami belanjakan," kata Rimba, warga lain.

Bantuan dari dermawan sempat mengalir ke Desa Jabalsari pada hari pertama-kedua diberlakukannya isolasi wilayah.

Namun, karena dilakukan secara sporadis, sebagian personel melalui warga Desa Jabalsari tanpa melalui prosedur pemerintah desa yang dinilai birokratis, penyaluran bantuan sempat terjadi miskomunikasi dengan aparat keamanan yang menghendaki semua sumbangan terkoordinasi di tingkat pemdes.
Relawan mendistribusikan bantuan sembako kepada warga yang terdampak kebijakan isolasi wilayah di Desa Jabalsari, Tulungagung, Jawa Timur, Minggu (26/4/2020). (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

Hal ini kemudian memicu polemik. Warga sempat gusar dan mengancam akan membongkar paksa semua pagar pembatas yang memblokir akses keluar-masuk desa, karena saat itu bantuan dari pemkab juga tak kunjung turun/disalurkan.

Baru pada Minggu siang bantuan mulai dikirim oleh Pemkab Tulungagung melalui Dinas Sosial.

Kabag Humas Pemkab Tulungagung Galih Nuswantoro menyebut bantuan sembako dikirim secara bergelombang.

Untuk tahap awal, jumlah paket sembako yang dikirim 500 kardus berisi 10 kilogram beras, minyak goreng 2 liter, mie instan 12 bungkus, dan gula 1 kilogram. Paket bantuan dikemas dalam wadah kardus bertuliskan selamat Idul Fitri 1441 Hijriah.

Galih Nuswantoro mengatakan angka 500 tersebut muncul dari data yang diserahkan dari desa ke pemkab.

Menurutnya, ketika ditracing ada 900-an warga. Namun, saat didalami ternyata sekitar 500-an yang membutuhkan bantuan. "Sementara 500 paket sembako dulu yang dikirimkan. Selebihnya menunggu hasil evaluasi,” katanya.

Salah satu perangkat Desa Jabalsari, Arif Rohman, mengatakan warga yang terdampak akibat penetapan karantina wilayah di desanya jika mengacu data jumlah penduduk lebih dari 6 ribu orang. mereka semua dipastikan terkena imbas isolasi wilayah karena tak bebas lagi keluar masuk kecuali mengantongi izin dari desa.

Namun, menurutnya, tidak semua warga tersebut akan menerima bantuan sembako ini. "Sembako ini kita utamakan untuk warga yang kurang mampu dan terdampak COVID-19, serta warga yang terkonfirmasi positif rapid test kemarin," ujarnya.

Karantina wilayah rencananya akan diberlakukan selama 14 hari, dan bisa diperpanjang dengan mengevaluasi perkembangan kasus di Desa Jabalsari. Total ada 900 warga yang dilakukan rapid test dan prosesnya masih terus berjalan

Hasil sementara, menurut penjelasan Bupati Maryoto Birowo, ditemukan ada 15 warga yang positif berdasar pemeriksaan menggunakan perangkat tes cepat atau rapid test.

Mereka semua kini dikarantina di Rusunawa IAIN Tulungagung dan sebagian yang dirawat secara isolatif di Puskesmas Beji, Kecamatan Boyolangu.

Selain 15 orang itu, ada satu warga Desa Jabalsari berinisial AM yang lebih dulu dinyatakan positif COVID-19.

AM adalah ulama dan guru agama. Dia dilaporkan terpapar virus corona baru dari dokter yang pernah menanganinya di RSUD dr. Iskak Tulungagung saat menderita gangguan pneumonia akut secara cepat yang belakangan diidentifikasi sebagai COVID-19 berdasar hasil pemeriksaan swab tenggorokan di Blitbangkes, Kemenkes Jakarta.

Virus corona yang dibawa secara tidak sadar oleh AM yang saat itu harusnya menjalani program isolasi mandiri di rumah, kemudian menyebar ke warga lain melalui beberapa kali forum tahlil untuk mendiang ayahnya yang baru meninggal karena penyakit bawaan orang berusia lanjut pada awal April, takziah kerabat ke rumah keluarga AM, maupun aktivitasnya yang melanggar aturan isolasi dengan masuk kerja di sekolah madrasah tempatnya mengajar.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020