BPBD Kabupaten Madiun, Jawa Timur melakukan persiapan guna menghadapi bencana alam saat musim hujan yang rawan terjadi di sejumlah titik daerah setempat.

Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun Supriyanto mengatakan pihaknya telah menyiapkan personel tanggap bencana serta sarana dan prasarana penunjang, terlebih saat ini sudah masuk pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke penghujan.

"Fenomena pancaroba biasanya diikuti kejadian angin kencang dan puting beliung yang menerjang permukiman. Selain sosialisasi dan personel tanggap bencana, kami juga siapkan sarana prasarana penunjang, misalnya mengecek gergaji mesin dan operasionalnya," ujar Supriyanto kepada wartawan di Madiun, Senin.

Jajaranya juga melakukan pengecekkan keberfungsian empat unit alat "early warning system" (EWS) yang ada di wilayahnya yang rawan banjir. Yakni di Glonggong (Dolopo), Tempursari (Wungu), Palur (Kebonsari), dan Banjarsari (Madiun).

"Jangan sampai tidak berfungsi ketika air sungai sudah mengalami kenaikan cukup tinggi. Makanya, kami melakukan "maintenance" kalau ada komponen yang tidak berfungsi," katanya.

Ia menjelaskan, berbagai upaya persiapan tersebut diakukan berdasar dari surat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bernomor B-1543/KA.BNPB/PK.03.02/10/2019. Dimana dalam surat tersebut BNPB menyampaikan bahwa awal penghujan berlangsung dalam kurun empat bulan sejak Oktober. Puncaknya diperkirakan Januari dan Februari.

BNPB juga memita daerah melakukan upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi, seperti puting beliung, banjir, dan gerakan tanah atau longsor.

Kesiapsiagaan tersebut juga merujuk pada survei dan kajian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang memetakan tiik-titik rawan bencana di wilayah Kabupaten Madiun.

Hasil pemetaan menyebutan bahwa enam dari 15 kecamatan di Kabupaten Madiun tidak aman karena tingkat kerawanan bencananya masuk kategori menengah dan tinggi. Yakni rawan banjir, banjir bandang, dan gerakan tanah atau longsor.

"Enam kecamatan tersebut antara lain, Kecamatan Dagangan, Kare, Wungu, Geger, Mejayan, dan Wonoasri," kata dia.

Supriyanto menambahkan, kajian PVMBG itu akan segera disampaikan kepada masing-masing camat terkait agar kemudian disosialisasikan kepada seluruh warganya. Mereka diminta untuk mewaspadai terkait potensi kebencanaan tersebut.

"Meski belum mengetahui pasti titiknya, daerah yang disebut PVMBG dalam kajiannya itu memang berpotensi sekali terjadi longsor. Itu karena berada di lereng pegunungan. Sosialisasi ke warga intensif kami lakukan dengan menggandeng Camat, Kades, dan tim tanggap bencana tiap desa," katanya.
 

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019