Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan, Jawa Timur, terus berupaya melakukan pencegahan terhadap kemungkinan adanya warga di wilayah itu yang terserang difteri melalui kegiatan pencegahan diri dengan menggerakkan petugas medis dan bidan desa melakukan deteksi dini.

"Kalau di Pamekasan tahun ini sebenarnya tidak ada warga yang terserang difteri. Tapi kami tetap waspada, mengingat kasus ini telah terjadi di kabupaten lain di Jawa Timur, dan kami juga diimbau oleh Dinas Jatim untuk meningkatkan kewaspadaan terkait kasus ini," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Pamekasan Farid Anwar di Pamekasan, Sabtu.

Baca juga: Ratusan siswa MIN 1 Kota Malang positif pembawa kuman difteri

Menurut Farid, ada empat hal yang dilakukan Dinkes Pamekasan guna sebagai pencegahan atau antisipasi dini terhadap penyebaran difteri. Pertama, menggencarkan sosialisasi akan pentingnya imunisasi dasar pada bayi berumur antara usia 0 hingga 12 bulan kepada masyarakat.

Sosialisasi ini digelar Dinkes Pamekasan dengan menggerakkan semua petugas medis, seperti perawat dan bidan yang ditugaskan di 178 desa di 13 kecamatan di Kabupaten Pamekasan.

Baca juga: Dinkes Jatim siapkan langkah cegah difteri Malang meluas

Selain menggelar sosialisasi secara langsung, Dinkes Pamekasan juga menggencarkan sosialisasi pentingnya imunisasi dasar ini melalui media massa, seperti koran, radio dan televisi lokal Pamekasan, termasuk melibatkan kelompok informasi masyarakat (KIM).

Kedua, mengaktifkan kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu) yang ada di masing-masing desa di Kabupaten Pamekasan.

"Posyandu aktif itu penting, karena di kegiatan posyandu itu masyarakat bisa berkonsultasi seputar kesehatan dan pola hidup sehat. Oleh karenanya, kami terus dorong para bidan desa untuk mengaktifkan posyandu," katanya.

Baca juga: Kasus difteri Kota Malang, pakar kesehatan dukung liburkan siswa pembawa kuman

Selain itu, sambung Farid, salah satu kegiatan posyandu itu juga imunisasi. Sehingga, jika kegiatan posyandu aktif, maka imunisasi oleh bidan dan perawat yang ada di desa secara otomatis juga akan aktif.

Ketiga, Dinkes Pamekasan juga mendorong untuk melibatkan PKK dalam setiap kegiatan posyandu. Sebab dengan cara itu, maka semangat dalam upaya meningkatkan pola hidup sehat di kalangan masyarakat desa akan lebih kuat.

"Dan keempat, kami menginstruksikan kepada para bidan dan perawat di desa untuk merujuk penderita bila menemukan tanda-tanda gejala para warga. Jadi, harus gerak cepat," kata Farid.

Dengan cara itu, Farid yakin, jika ada warga Pamekasan yang terserang difteri, maka akan segera bisa tertangani dengan cepat.

Menurut Plt Kepala Dinkes Farid Anwar, difteri merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae, yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat memengaruhi kulit.

Jenis penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam keselamatan jiwa.

Penyebaran jenis penyakit ini bisa melalui partikel di udara, benda pribadi, peralatan rumah tangga yang terkontaminasi, serta menyentuh luka yang terinfeksi kuman difteri.

Warga yang berpotensi berisiko terhadap penyakit ini menurutnya, anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang tua di atas usia 60 tahun, dan belum mendapatkan vaksinasi difteri atau anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Selain itu, orang yang pernah berkunjung ke daerah dengan cakupan imunisasi difteri yang rendah juga berisiko terserang difteri, termasuk kelompok masyarakat dengan pola hidup yang tidak sehat.

"Demikian juga di lingkungan dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk, juga berpotensi berisiko terserang difteri," katanya, menjelaskan.

Gejala Difteri Menurut Farid Anwar, gejala yang perlu dipahami oleh masyarakat tentang penyakit difteri ini antara lain, muncul 2–5 hari sejak seseorang terinfeksi kuman penyebab difteri tersebut.

Kemudian, sambung dia, gejala berikutnya yang akan muncul adalah terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan. Badan terasa demam dan menggigil, serta nyeri pada tenggorokan dan suara serak.

"Penderita difteri ini juga akan terasa sulit bernapas atau napas yang cepat, serta timbul pembengkakan kelenjar getah bening pada leher, disertai dengan lemas dan lelah," katanya, menjelaskan.

Gejala lainnya adalah pilek. Awalnya cair, tetapi dapat sampai bercampur darah, disertai dengan batuk yang keras, terasa tidak nyaman, dan penderita akan mengalami gangguan penglihatan.

"Bicara cenderung ngelantur, dan juga ada tanda-tanda syok, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat, dan jantung berdebar cepat," kata Farid, menjelaskan.

Maka, sambung dia, jika ada seseorang mengalami gejala seperti itu, hendaknya segera diperiksa ke petugas medis terdekat, sehingga nantinya akan segera dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019