Pengurus DPD Partai Gerindra Jawa Timur Abdul Malik mengingatkan sejumlah kandidat untuk tidak memanfaatkan nama keluarga dalam mencari popularitas menjelang Pemilihan Kepala Daerah Kota Surabaya 2020.

"Kalau sampai membawa nama keluarganya berarti calon-calon itu tidak percaya diri," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Selasa.

Menjelang Pilkada Surabaya tahun depan, saat ini memang bermunculan sejumlah nama-nama yang diwacanakan maju menggantikan Tri Rismaharini untuk periode 2021-2026.

Di antara nama yang mengemuka memang beberapa calon selalu mengikutsertakan nama tokoh terkenal, seperti kepala daerah dan mantan menteri dengan alasan masih memiliki aliran keluarga.

Menurut Malik, dibawanya nama besar keluarga maka akan lebih sulit bersaing dengan nama-nama lainnya karena yang dibutuhkan masyarakat adalah kinerjanya.

"Wali kota dipilih masyarakat bukan karena dia keponakan tokoh atau pejabat tertentu. Keponakan siapapun kalau dia enggak bekerja ya buat apa," ucap politikus yang juga seorang pengacara tersebut.

Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jatim bidang Hukum itu berharap ajang Pilkada Kota Surabaya tak hanya dijadikan untuk mencari popularitas, tapi para kandidat harus serius dalam menjaring suara pemilih lewat sosialisasi dan kerja nyata.

"Sosialisasi terus ke bawah, nanti masyarakat akan tahu dan partai politik di Jatim akan membaca. Partai itu ada polling sendiri, siapa dari orang-orang ini yang akan diambil. Kecuali, kalau maju lewat jalur perseorangan," katanya.

Baca juga: KPU usulkan anggaran Pilkada Surabaya 2020 sebesar Rp85,3 miliar
Baca juga: Sebagai kerabat SBY, Kadispora Surabaya dinilai layak maju Pilkada Pacitan
Baca juga: Kandidat cawali Surabaya belum munculkan visi

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019