Sayembara desain arsitektur untuk gedung Pusat Informasi Pariwisata Geopark Nasional Banyuwangi, Jawa Timur, dimenangkan oleh desain arsitek Lucky Fachrurrozi dan Arza T.O. Waas dari Jakarta, dengan karya berjudul "Umyah Puthuk".

Dalam keterangan tertulis diterima ANTARA, Minggu, konsep yang diangkat terinspirasi dengan nilai lokal, mulai rumah adat Suku Osing, udeng Banyuwangi hingga kentongan.

"Ini untuk memperkuat nilai sejarah dan budaya sembari memberikan karakteristik lokal ke dalam desain arsitektural," kata pemenang desai arsitektur gedung Pusat Informasi Pariwisata Geopark Nasional Banyuwangi, Lucky.

Desain Umyah Puthuk semakin menonjol dengan konsepnya yang ramah lingkungan, pembangunannya sangat meminimalisir intervensi terhadap alam dan pepohonan dan bebatuan yang "eksisting" dipertahankan.

"Selain itu, bangunannya menggunakan sistem pilotis. Bangunannya tidak menapak ke tanah sehingga masih bisa menyerap air maupun lalu lalang biota lainnya. Jadi, bangunannya lebih menyatu dengan alam," ujarnya.

Desain Umyah Puthuk sendiri, berhasil lolos seleksi dari 65 karya yang masuk ke panitia. Kemudian masuk ke grand final bersama dua karya lainnya. Yakni karya yang berjudul "Amperan Banyuwangi" dan "Organic Geometric Geopark".

Sejumlah arsitek Nasional terlibat dalam penjurian, seperti Eko Prawoto, Tan Tik Lam hingga Hari Sunarko. Selain itu, penjurian juga melibatkan Samsudin Adlawi sebagai representasi budayawan Banyuwangi dan Mujiono dari Pemda Banyuwangi.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, mengaku tak menyangka jika kompetisi itu menarik banyak perhatian para arsitek muda nasional.

"Ini menjadi kabar baik bagi Banyuwangi. Sedikit demi sedikit mulai dikenal oleh komunitas arsitek," ujar Anas.

Pusat Informasi Pariwisata Geopark Nasional Banyuwangi, ini nantinya akan difungsikan sebagai pusat informasi tentang keberagaman geologi, keanekaragaman hayati dan budaya di sekitar situs-situs GNB.

Banyuwangi sendiri telah ditetapkan sebagai kawasan Geopark Nasional, yang saat ini dalam proses pengajuan masuk jaringan geopark dunia (Global Geopark Network UNESCO).

Lokasi pusat informasi geopark itu berada di tengah areal persawahan Desa Kenjo, Kecamatan Glagah, seluas 8.200 meter persegi.

Desa Kenjo merupakan salah satu desa di Banyuwangi yang berada tak jauh dari kaki Gunung Ijen, warga desa setempat dikenal sebagai Suku Osing (masyarakat lokal Banyuwangi).

Salah seorang juri yang juga arsitek kondang, Tan Tik Lam memuji Banyuwangi yang menggelar sayembara desain bangunan publik, karena hal ini akan membawa kebaikan bagi daerah.

"Apa yang dilakukan pemkab ini sangat positif, bangunannya pasti akan lebih adaptif terhadap masyarakat. Karena arsitek dalam membuat bangunan selalu memperhitungkan lingkungan, fungsi bangunan, publiknya dan juga pemakainya. Ini membawa nilai positif untuk kawasannya," kata Tan Tik Lam.

"Saya harap, karya pemenang ini, bangunannya bisa segera diwujudkan dan dibangun dengan sebaik-baiknya. Dan semoga menjadj fungsi yang dapat dimanfaatkan masyarakat," tuturnya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019