Banyuwangi (ANTARA) - Wakil Bupati (Wabup) Banyuwangi, Jawa Timur, Mujiono menyebut pergelaran festival seni tradisional di kabupaten itu selain ajang kompetisi juga menjadi investasi budaya, sekaligus regenerasi pelaku seni di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
"Salah satunya pergelaran Festival Sulur Kembang yang dilaksanakan beberapa hari lalu di Gelanggang Seni dan Budaya (Gesibu) Blambangan," ujarnya di Banyuwangi, Selasa.
Menurut Mujiono, Festival Sulur Kembang diikuti sebanyak 197 grup tari dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Banyuwangi dan membawakan berbagai tarian tradisional khas Banyuwangi.
Ia mengatakan Pemkab Banyuwangi terus menggencarkan pergelaran festival karena juga menjadi bagian dari upaya menjaga dan melestarikan seni tradisional daerah setempat.
"Lewat Festival Sulur Kembang, kami memberi ruang untuk regenerasi, eksplorasi, dan transformasi bagi anak muda, ini adalah bagian dari upaya kami untuk memastikan warisan budaya tetap hidup dan berkembang di tengah generasi muda," kata Wabup Mujiono.
Selain itu, lanjutnya, Pemkab Banyuwangi rutin menggelar berbagai agenda budaya, seperti Banyuwangi Ethno Carnival dan Gandrung Sewu, yang melibatkan ribuan anak muda untuk menjaga kelestarian tari daerah.
Upaya pemerintah daerah juga diteguhkan dengan kehadiran Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta yang akan mendirikan kampus di Banyuwangi.
"Ini akan semakin memperkuat pendidikan seni dan budaya di Banyuwangi, sekaligus melestarikan dan mengembangkannya. ISI Surakarta akan mulai perkuliahan pada tahun ini," kata Mujiono.
Wabup Mujiono menambahkan apa yang dilakukan pemerintah daerah adalah bagian dari komitmen untuk mewariskan budaya leluhur dan memperkuat jati diri Banyuwangi sebagai kota budaya.