Sejumlah warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Tulungagung, Jawa Timur, memproduksi mainan tradisional anak yang akan dijajakan saat libur Lebaran mendatang.

"Targetnya, kami akan membuat 100 mainan ethek-ethek ini untuk dijual sebagai hadiah Lebaran untuk anak," kata Yuli, salah satu warga binaan yang terlibat kegiatan produksi alat mainan tradisional berbahan dasar kayu, bambu dan kaleng bekas, di ruang Binker (pembinaan dan bimbingan kerja) LP Tulungagung, Rabu.

Bentuk mainan yang dibuat Yuli dkk sangat sederhana, yaitu terbuat dari tongkat bambu yang ujungnya di pasang kaleng bekas dilengkapi sayap menyerupai sayap kelelawar, naga, ataupun burung lain pada umumnya.

Pada sayap imitasi dan roda ini terdapat kawat penghubung sehingga tiap kali roda ethek-ethek ini digerakkan sayap akan bergerak naik turun seperti burung terbang.

Sedangkan di antara dua roda alat mainan dipasang sejenis kincir kecil yang akan mengikuti gerakan roda. Pergerakan kincir kecil yang tersambung pada kayu pegas terkait dengan kaleng inilah yang kemudian menghasilkan suara ethek-ethek pada potongan kayu yang terus memukul kaleng bekas secara ritmis.

Saat ini jumlah mainan tradisional ethek-ethek yang dibuat Yuli dan sejumlah warga binaan baru tercapai 30-an unit.

Namun mereka berharap di sepekan waktunya tersisa sebelum Lebaran target 100 unit mainan tradisional itu sudah bisa tercapai sehingga bisa dijual di ruang besuk napi/tahanan, saat hati H Lebaran yang jatuh pada 5 atau 6 Juni.

Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik dan Kegiatan Kerja LP Tulungagung Dedi Nugraha mengatakan mainan tradisional yang dihasilkan warga binaan itu tidak akan dijual di luar.

Melainkan diproduksi untuk dijajakan di ruang bezuk napi/tahanan, di dalam kompleks LP Tulungagung dengan harga jual Rp20 ribu per unit.

"Produk ini murni kreativitas warga binaan sendiri yang ingin tetap produktif sembari mencari insentif tambahan untuk kebutuhan mereka selama di dalam LP," kata Dedi.

Sasaran produk mainan tradisional itu  adalah anak-anak atau keluarga warga binaan.

"Hasil penjualan dari setiap produk kerajinan ini akan dibagi antara warga binaan dengan unit binker untuk ganti biaya modal yang telah dikeluarkan dengan komposisi 50:50 atau 60:40, tergantung kesepakatan atas produk yang dihasilkan," kata Dedi.

Ia memastikan pihak LP tidak mengambil untung atas produk kerajinan yang dibuat napi tamping, sebutan untuk warga binaan yang telah mendapat kesempatan bekerja di lingkungan LP.

"Kami beri kesempatan seluasnya untuk warga binaan yang ingin berkreasi membuat kegiatan produktif yang memiliki nilai ekonomi untuk dikembangkan. Hasilnya, sebagian akan diberikan kepada mereka yang terlibat dalam produksi, dan sisanya untuk mengganti biaya modal yang telah dikeluarkan unit binker agar bisa digulirkan lagi untuk kegiatan produksi lain," ujar Dedi.

Selain permainan ethek-ethek, sejumlah warga binaan juga membuat aneka kerajinan lain yang dijual di ruang bezuk warga binaan, seperti miniatur motor besar, miniatur kapal dan bangunan terbuat dari limbah kayu bekas, hingga aneka kerajinan pot berbahan sabut kelapa.

Semua produk kerajinan itu dibuat warga binaan yang telah dinyatakan lolos seleksi untuk berkegiatan di bawah unit binker LP Tulungagung.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019