Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, memastikan bakal memperbaiki bangunan ruang kelas di SMPN 1 Gondang yang rusak akibat tertimpa pohon tumbang saat bencana angin kencang melanda daerah itu pada Jumat (1/3).
Penegasan itu disampaikan Plt Bupati Tulungagung Maryoto Bhirowo usai mengunjungi kelas darurat di SMPN 1 Gondang, Senin.
"Saya sudah instruksikan dinas pendidikan melakukan rencana aksi tanggap darurat untuk perbaikan kelas-kelas yang rusak akibat bencana angin kencang kemarin," kata Maryoto.
Dana perbaikan atau renovasi kelas yang rusak dialokasikan dari anggaran tanggap bencana kabupaten, namun Maryoto tidak merinci besarannya.
Ia mengatakan, besaran anggaran menyesuaikan kebutuhan dan akan disinergikan antara BPBD, dinas PUPR dan dinas pendidikan.
"Pemulihan pascabencana akan diambilkan dari anggaran tanggap bencana kabupaten," ujarnya.
Maryoto didampingi jajaran OPD telah meninjau dampak angin kencang yang merusak infrastruktur sekolah di SMPN 1 Gondang.
Mantan Kepala Dinas Pendidikan itu menyatakan prihatin, karena puluhan siswa dari dua kelas berbeda di sekolah itu sekarang harus mengikuti kegiatan belajar mengajar secara darurat di masjid sekolah.
Tak ada meja kursi disediakan, sehingga para siswa harus mengikuti KBM dengan cara lesehan. Lokasi masjid yang berdekatan dengan jalan raya juga membuat aktivitas KBM terganggu suara bising lalu lalang kendaraan yang melintas.
"Suara kendaraan sering membuyarkan konsentrasi," kata Bayu, salah satu siswa kelas VIII.
Sementara itu, Kepala sekolah SMPN 1 Gondang Mohammad Nurhadi mengharapkan segera ada pemulihan terhadap kelas yang rusak tertimpa pohon.
"Kami harapkan segera ada penanganan yang terbaik untuk siswa ," ujar Nurhadi.
Namun, lanjut Nurhadi, pihak sekolah tidak punya cukup anggaran untuk melakukan perbaikan kelas dan sangat menggantungkan bantuan dari pemerintah.
"Dari pemkab akan menanggung penuh biaya melalui bapak Kepala Dinas (Pendidikan)," ujarnya.
Kebutuhan biaya untuk dua kelas yang rusak berat masing-masing Rp90 juta. Sedang untuk rusak ringan dan sedang berkisar Rp45 juta hingga Rp60 juta per kelas.
Untuk mengantisipasi terulangnya kejadian serupa, pihaknya akan memangkas dahan-dahan yang berpotensi patah. "Secepatnya akan kita lakukan pemangkasan," kata Nurhadi.
Ia menegaskan tidak akan menebang pohon-pohon yang ada lantaran sekolah yang dipimpinnya menyandang status sekolah Adiwiyata. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Penegasan itu disampaikan Plt Bupati Tulungagung Maryoto Bhirowo usai mengunjungi kelas darurat di SMPN 1 Gondang, Senin.
"Saya sudah instruksikan dinas pendidikan melakukan rencana aksi tanggap darurat untuk perbaikan kelas-kelas yang rusak akibat bencana angin kencang kemarin," kata Maryoto.
Dana perbaikan atau renovasi kelas yang rusak dialokasikan dari anggaran tanggap bencana kabupaten, namun Maryoto tidak merinci besarannya.
Ia mengatakan, besaran anggaran menyesuaikan kebutuhan dan akan disinergikan antara BPBD, dinas PUPR dan dinas pendidikan.
"Pemulihan pascabencana akan diambilkan dari anggaran tanggap bencana kabupaten," ujarnya.
Maryoto didampingi jajaran OPD telah meninjau dampak angin kencang yang merusak infrastruktur sekolah di SMPN 1 Gondang.
Mantan Kepala Dinas Pendidikan itu menyatakan prihatin, karena puluhan siswa dari dua kelas berbeda di sekolah itu sekarang harus mengikuti kegiatan belajar mengajar secara darurat di masjid sekolah.
Tak ada meja kursi disediakan, sehingga para siswa harus mengikuti KBM dengan cara lesehan. Lokasi masjid yang berdekatan dengan jalan raya juga membuat aktivitas KBM terganggu suara bising lalu lalang kendaraan yang melintas.
"Suara kendaraan sering membuyarkan konsentrasi," kata Bayu, salah satu siswa kelas VIII.
Sementara itu, Kepala sekolah SMPN 1 Gondang Mohammad Nurhadi mengharapkan segera ada pemulihan terhadap kelas yang rusak tertimpa pohon.
"Kami harapkan segera ada penanganan yang terbaik untuk siswa ," ujar Nurhadi.
Namun, lanjut Nurhadi, pihak sekolah tidak punya cukup anggaran untuk melakukan perbaikan kelas dan sangat menggantungkan bantuan dari pemerintah.
"Dari pemkab akan menanggung penuh biaya melalui bapak Kepala Dinas (Pendidikan)," ujarnya.
Kebutuhan biaya untuk dua kelas yang rusak berat masing-masing Rp90 juta. Sedang untuk rusak ringan dan sedang berkisar Rp45 juta hingga Rp60 juta per kelas.
Untuk mengantisipasi terulangnya kejadian serupa, pihaknya akan memangkas dahan-dahan yang berpotensi patah. "Secepatnya akan kita lakukan pemangkasan," kata Nurhadi.
Ia menegaskan tidak akan menebang pohon-pohon yang ada lantaran sekolah yang dipimpinnya menyandang status sekolah Adiwiyata. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019