Kediri (Antaranews Jatim) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Jawa Timur, meminta koperasi yang bekerja sama dalam penjualan telur dari Blitar lebih mengutamakan peternak kecil agar mereka lebih berdaya.
"Kami akan lakukan penguatan kelembagaan. Kan sudah kontrak, tapi begitu koperasi ada, pengusaha besar muncul menjadi seperti pesaing dan itu yang harus disikapi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto di Kediri, Kamis.
Ia mengatakan, BI sangat berharap koperasi lebih mengutamakan untuk memperkuat kelembagaan. Pengiriman telur yang sudah kontrak tersebut diharapkan lebih utama diambil dari pedagang kecil ketimbang pedagang besar dalam kerja sama tersebut.
"Kami akan bicarakan untuk memperkuat kelembagaan dan harapan besar bagi koperasi agar telur yang kontrak itu utamakan dari peternak kecil. Kan ada kepastian harga cukup bagus," kata dia.
Sementara itu, terkait dengan pasokan jagung, Djoko menyebut hingga kini tidak ada masalah. Para petani sudah panen jagung dan harganya juga relatif terjangkau, sehingga stok juga melimpah.
Kabupaten Blitar adalah salah satu penghasil telur terbesar di Jatim, dengan jumlah ayam petelur 15.170.000 ekor dan produksi mencapai 151.931 ton telur. Dengan angka tersebut, Blitar mampu memasok hingga 70 persen kebutuhan telur Jawa Timur dan 30 persen permintaan nasional. Para peternak di Blitar juga beragam, baik dari skala kecil hingga besar.
Selama ini, Pemerintah Kabupaten Blitar juga sudah membuat nota kesepahaman di Balairung, Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, pada Juli 2019. MoU tersebut ditindaklanjuti berupa perjanjian kerja sama oleh badan usaha milik daerah (BUMD) PT Food Station Tjipinang dan Koperasi Putera Blitar secara business to business. Pemkab Blitar menyiapkan 200.000 ton telur ayam untuk dikirim ke DKI Jakarta.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri juga mempersiapkan pembentukan klaster khusus telur ayam di Kabupaten Blitar sebagai bagian dari upaya stabilisasi harga bahan pokok dan untuk menekan inflasi.
Klaster tersebut dipastikan akan lebih bisa menjaga stabilitas harga bahan pokok. Saat ini, telur bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, tapi juga dimanfaatkan untuk bantuan pangan nontunai bagi warga penerima. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Kami akan lakukan penguatan kelembagaan. Kan sudah kontrak, tapi begitu koperasi ada, pengusaha besar muncul menjadi seperti pesaing dan itu yang harus disikapi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto di Kediri, Kamis.
Ia mengatakan, BI sangat berharap koperasi lebih mengutamakan untuk memperkuat kelembagaan. Pengiriman telur yang sudah kontrak tersebut diharapkan lebih utama diambil dari pedagang kecil ketimbang pedagang besar dalam kerja sama tersebut.
"Kami akan bicarakan untuk memperkuat kelembagaan dan harapan besar bagi koperasi agar telur yang kontrak itu utamakan dari peternak kecil. Kan ada kepastian harga cukup bagus," kata dia.
Sementara itu, terkait dengan pasokan jagung, Djoko menyebut hingga kini tidak ada masalah. Para petani sudah panen jagung dan harganya juga relatif terjangkau, sehingga stok juga melimpah.
Kabupaten Blitar adalah salah satu penghasil telur terbesar di Jatim, dengan jumlah ayam petelur 15.170.000 ekor dan produksi mencapai 151.931 ton telur. Dengan angka tersebut, Blitar mampu memasok hingga 70 persen kebutuhan telur Jawa Timur dan 30 persen permintaan nasional. Para peternak di Blitar juga beragam, baik dari skala kecil hingga besar.
Selama ini, Pemerintah Kabupaten Blitar juga sudah membuat nota kesepahaman di Balairung, Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, pada Juli 2019. MoU tersebut ditindaklanjuti berupa perjanjian kerja sama oleh badan usaha milik daerah (BUMD) PT Food Station Tjipinang dan Koperasi Putera Blitar secara business to business. Pemkab Blitar menyiapkan 200.000 ton telur ayam untuk dikirim ke DKI Jakarta.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri juga mempersiapkan pembentukan klaster khusus telur ayam di Kabupaten Blitar sebagai bagian dari upaya stabilisasi harga bahan pokok dan untuk menekan inflasi.
Klaster tersebut dipastikan akan lebih bisa menjaga stabilitas harga bahan pokok. Saat ini, telur bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, tapi juga dimanfaatkan untuk bantuan pangan nontunai bagi warga penerima. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019