Surabaya (Antaranews Jatim) - Sekretaris Jenderal Kementerian Agama periode 2014-2018 Prof Dr Nur Syam meluncurkan tiga buku karangannya di kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya sekaligus menandai dibukanya "Festival Hari Santri 2018" di kampus setempat di Surabaya, Rabu.

Tiga buku yang diluncurkan Rektor UINSA Periode 2009-2012 itu berjudul, Islam Nusantara Berkemajuan: Tantangan dan Upaya Moderasi Agama; Menjaga Harmoni Menuai Damai: Islam, Pendidikan dan Kebangsaan; dan Demi Agama, Nusa, dan Bangsa: Memaknai Agama, Kerukunan Umat Beragama, Pendidikan, dan Wawasan Kebangsaan.

Prof Nur Syam mengatakan tiga buku yang dia tulis untuk memberikan penjelasan pada publik tentang pertanyaan besar selama ini, misalnya Islam Nusantara.

"Dari peluncuran dan diskusi ini diharapkan masyarakat tahu mengenai apa itu Islam Nusantara, Islam Berkemajuan yang diangkat menjadi Islam Nusantara Berkemajuan. Saya berharap bisa memberikan sedikit pencerahan tentang apa yang disebut Islam Nusantara Berkemajuan," ujar Prof Nur Syam di sela bedah buku karyanya.

Dia menjelaskan Islam Nusantara Berkemajuan bukanlah satu varian baru dalam Islam. Secara teologis dan ritual tidak ada hal yang sangat krusial yang membedakan Islam di Timur Tengah, di Amerika ataupun di Eropa. Yang membedakan, sambung Nur Syam, adalah pemahaman dan tradisi-tradisi yang berada pada masing-masing wilayah.

"Seperti ada perbedaan dalam hal berpakaian. Dalam hal tradisi juga yang mungkin tidak dikenal di Timur Tengah dikenal di Indonesia. Hal semacam ini yang dirasa menjadi penting untuk dipahami supaya energi kita tidak habis untuk membahas sesuatu yang sudah tuntas," katanya.

Dia menilai, jika terus menerus berdebat terkait persoalan seperti ini, maka energi untuk memberdayakan masyarakat, mengedukasi masyarakat menjadi terbengkalai.

"Tadi saya sampaikan karena masuk era teknologi informasi yang seperti ini, maka satu hal yang penting adalah perlu gerakan leiterasi media. Agar kita bisa membangun media sosial berbasis pada nilai, kebaikan dan yang penting menggunakan agama," ucapnya.

Dari gerakan itu, dirinya berharap ke depan dapat membangun harmoni. Gerakan toleransi itu juga harus dipahami dari satu aspek bahwa memang ada perbedaan dan tidak perlu dibesarkan. Sebab menurutnya, dari perbedaan itulah kita bisa membangun toleransi dan harmoni.

"Saya mengimbau mahasiswa dosen melakukan gerakan menulis untuk istilahnya membanjiri media sosial dengan konten beragama yang moderat," ujarnya.(*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018