Surabaya (Antaranews Jatim) - Bapak dari Akhmal Bilal, anak penderita microsefalus (pengecilan otak), cerebral palsy (keterlambatan perkembangan) dan gizi buruk warga Kota Surabaya, membantah telah menelantarkan anaknya.
"Semua itu salah. Selama ini saya bekerja di Bali sebagai kuli bangunan," kata Imam Rifai, bapak dari Akmal Bilal saat menemui anggota Komisi D Bidang Kesra DPRD Surabaya Khusnul Khotimah di kediamannya Kapas Madya, Surabaya, Selasa.
Kedatangan Imam Rifai tersebut untuk menjelaskan kepada anggota dewan terkait dengan adanya kabar di media sosial bahwa dirinya telah menelantarkan anaknya sejak lahir hingga kini berusia 4 tahun.
Ia menjelaskan selama bekerja di Bali sebagai kuli bangunan, gaji yang diperoleh selama bekerja untuk menafkahi anaknya yang kini tinggal bersama kakek dan neneknya.
"Kebetulan ini saya lagi libur Lebaran sehingga pulang ke rumah. Pada saat ke rumah, saya mendapat kabar yang tidak mengenakkan. Jadi saya jelaskan kondisi yang sebenarnya kepada bu Khusnul selaku anggota dewan," katanya.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah mengatakan bahwa dirinya sebelumnya sempat menitip pesan kepada tetangganya, jika Rifai datang ke rumah diminta menghubunginya.
"Pak Rifai sudah menjelaskan bahwa kondisi perekonomiannya terbatas. Tapi dia tidak melupakan kewajibannya menafkahi anaknya," katanya.
Selama ini, lanjut dia, Bilal sudah mendapatkan bantuan makanan dari Dinas Sosial Surabaya berupa bubur, karena anak tersebut belum bisa makan nasi. Sedangkan untuk biaya berobat Bilal di rumah sakit selama ini menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).
Diketahui SKTM secara otomatis menjadi peserta Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melalui Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau biaya ditanggung Pemkot Surabaya.
Hal sama juga dikatakan anggota Komisi D lainnya, Reni Astuti. Ia mengatakan sempat mengunjungi Bilal pada saat menjalani perawatan di RSUD Soewandhie Surabaya, Senin (11/6) siang.
"Kakek dan nenek yang selama ini merawat Bilal luar biasa sabarnya. Saya banyak belajar dengan orang-orang senasib dengan mereka," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Semua itu salah. Selama ini saya bekerja di Bali sebagai kuli bangunan," kata Imam Rifai, bapak dari Akmal Bilal saat menemui anggota Komisi D Bidang Kesra DPRD Surabaya Khusnul Khotimah di kediamannya Kapas Madya, Surabaya, Selasa.
Kedatangan Imam Rifai tersebut untuk menjelaskan kepada anggota dewan terkait dengan adanya kabar di media sosial bahwa dirinya telah menelantarkan anaknya sejak lahir hingga kini berusia 4 tahun.
Ia menjelaskan selama bekerja di Bali sebagai kuli bangunan, gaji yang diperoleh selama bekerja untuk menafkahi anaknya yang kini tinggal bersama kakek dan neneknya.
"Kebetulan ini saya lagi libur Lebaran sehingga pulang ke rumah. Pada saat ke rumah, saya mendapat kabar yang tidak mengenakkan. Jadi saya jelaskan kondisi yang sebenarnya kepada bu Khusnul selaku anggota dewan," katanya.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah mengatakan bahwa dirinya sebelumnya sempat menitip pesan kepada tetangganya, jika Rifai datang ke rumah diminta menghubunginya.
"Pak Rifai sudah menjelaskan bahwa kondisi perekonomiannya terbatas. Tapi dia tidak melupakan kewajibannya menafkahi anaknya," katanya.
Selama ini, lanjut dia, Bilal sudah mendapatkan bantuan makanan dari Dinas Sosial Surabaya berupa bubur, karena anak tersebut belum bisa makan nasi. Sedangkan untuk biaya berobat Bilal di rumah sakit selama ini menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).
Diketahui SKTM secara otomatis menjadi peserta Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melalui Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau biaya ditanggung Pemkot Surabaya.
Hal sama juga dikatakan anggota Komisi D lainnya, Reni Astuti. Ia mengatakan sempat mengunjungi Bilal pada saat menjalani perawatan di RSUD Soewandhie Surabaya, Senin (11/6) siang.
"Kakek dan nenek yang selama ini merawat Bilal luar biasa sabarnya. Saya banyak belajar dengan orang-orang senasib dengan mereka," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018