Jember (Antaranews Jatim) - Universitas Jember (Unej) dan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) akan melanjutkan kerja sama program mitigasi bencana berbasis lahan dan sudah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk lima tahun ke depan.
"Banyak cerita sukses dalam program mitigasi bencana berbasis lahan tersebut, sehingga kami ingin melanjutkan program tersebut dengan pihak TNMB," kata Rektor Unej Moh Hasan di Kampus Unej, Kamis.
Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan yang didukung oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, USAID, serta Taman Nasional Meru Betiri dilaksanakan sejak Februari 2017 hingga Juni 2018.
"Kami melihat sudah ada petani yang berpotensi menjadi penggerak pascaprogram mitigasi bencana berbasis lahan, padahal untuk membangun pola pikir petani tidak mudah, sehingga kami ingin melanjutkan program itu dengan memberdayakan masyarakat sekitar hutan melalui berbagai kegiatan," tuturnya.
Secara internal, lanjut dia, Unej juga menjadikan Desa Wonoasri sebagai desa binaan kampus setempat karena dari program itu banyak manfaat yang diperoleh, baik bagi peneliti dan mahasiswa kampus Tegalboto Unej maupun bagi masyarakat penyangga hutan.
"Berbagai program tri dharma perguruan tinggi akan diarahkan ke sana baik dilakukan mahasiswa maupun dosen, sehingga diharapkan masyarakat tidak lagi melakukan perambahan hutan dan merusak ekosistem TNMB untuk kebutuhan hidup sehari-hari," katanya.
Ia mengatakan Unej akan bekerja sama dengan TNMB untuk mengubah pola pikir masyarakat, agar tidak merusak lingkungan dengan melakukan berbagai program seperti pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan lahan dengan bijak tanpa merusak hutan.
Sementara Kepala Balai TNMB Kholid Indarto mengatakan pihaknya akan melanjutkan program mitigasi bencana berbasis lahan itu dengan Unej dengan mengedepankan fungsi perlindungan ekosistem, menjaga keanekaragaman hayati, dan pemanfaatan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kami mencoba mensinergikan kepentingan TNMB dengan masyarakat sekitar, sehingga berkaca dari keberhasilan program ICCTF itu, kami bertekad melanjutkan kerja sama dengan Unej yang memiliki sumber daya manusia cukup banyak untuk membantu kami menjaga kelestarian lingkungan di TNMB," tuturnya.
Ia mengatakan Unej memiliki peranan penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sadar lingkungan, sehingga diharapkan kolaborasi kegiatan Unej dan TNMB dapat menjadi masyarakat sebagai pelaku untuk memanfaatkan hutan tanpa merusak ekosistem kawasan taman nasional.
TNMB merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Kesuksesan program mitigasi bencana berbasis lahan telah disampaikan kepada publik di antaranya keberhasilan penanaman 91 ribu bibit tanaman durian, langsep, kemiri, dan pakem, dari target yang awalnya hanya 82 ribu bibit tanaman, kemudian penyerapan karbon yang ditarget 1,135 ton per hari, naik menjadi 1,913 ton per hari.
Selain itu, berbagai keterampilan diberikan kepada warga Desa Wonosari yang merupakan desa penyangga hutan agar tidak lagi merambah TNMB, seperti budidaya semut angkrang, pembuatan silase, pembuatan batik dengan pewarna alami dan ketrampilan lainnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Banyak cerita sukses dalam program mitigasi bencana berbasis lahan tersebut, sehingga kami ingin melanjutkan program tersebut dengan pihak TNMB," kata Rektor Unej Moh Hasan di Kampus Unej, Kamis.
Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan yang didukung oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, USAID, serta Taman Nasional Meru Betiri dilaksanakan sejak Februari 2017 hingga Juni 2018.
"Kami melihat sudah ada petani yang berpotensi menjadi penggerak pascaprogram mitigasi bencana berbasis lahan, padahal untuk membangun pola pikir petani tidak mudah, sehingga kami ingin melanjutkan program itu dengan memberdayakan masyarakat sekitar hutan melalui berbagai kegiatan," tuturnya.
Secara internal, lanjut dia, Unej juga menjadikan Desa Wonoasri sebagai desa binaan kampus setempat karena dari program itu banyak manfaat yang diperoleh, baik bagi peneliti dan mahasiswa kampus Tegalboto Unej maupun bagi masyarakat penyangga hutan.
"Berbagai program tri dharma perguruan tinggi akan diarahkan ke sana baik dilakukan mahasiswa maupun dosen, sehingga diharapkan masyarakat tidak lagi melakukan perambahan hutan dan merusak ekosistem TNMB untuk kebutuhan hidup sehari-hari," katanya.
Ia mengatakan Unej akan bekerja sama dengan TNMB untuk mengubah pola pikir masyarakat, agar tidak merusak lingkungan dengan melakukan berbagai program seperti pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan lahan dengan bijak tanpa merusak hutan.
Sementara Kepala Balai TNMB Kholid Indarto mengatakan pihaknya akan melanjutkan program mitigasi bencana berbasis lahan itu dengan Unej dengan mengedepankan fungsi perlindungan ekosistem, menjaga keanekaragaman hayati, dan pemanfaatan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kami mencoba mensinergikan kepentingan TNMB dengan masyarakat sekitar, sehingga berkaca dari keberhasilan program ICCTF itu, kami bertekad melanjutkan kerja sama dengan Unej yang memiliki sumber daya manusia cukup banyak untuk membantu kami menjaga kelestarian lingkungan di TNMB," tuturnya.
Ia mengatakan Unej memiliki peranan penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sadar lingkungan, sehingga diharapkan kolaborasi kegiatan Unej dan TNMB dapat menjadi masyarakat sebagai pelaku untuk memanfaatkan hutan tanpa merusak ekosistem kawasan taman nasional.
TNMB merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Kesuksesan program mitigasi bencana berbasis lahan telah disampaikan kepada publik di antaranya keberhasilan penanaman 91 ribu bibit tanaman durian, langsep, kemiri, dan pakem, dari target yang awalnya hanya 82 ribu bibit tanaman, kemudian penyerapan karbon yang ditarget 1,135 ton per hari, naik menjadi 1,913 ton per hari.
Selain itu, berbagai keterampilan diberikan kepada warga Desa Wonosari yang merupakan desa penyangga hutan agar tidak lagi merambah TNMB, seperti budidaya semut angkrang, pembuatan silase, pembuatan batik dengan pewarna alami dan ketrampilan lainnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018