Jakarta, (Antara) - Agrowisata Bulak Barokah di Desa Langgongsari, Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menjadi daya tarik wisata baru kawasan itu karena menawarkan berbagai produk unggulan lokal di satu tempat.

Kepala Desa Langgongsari Rasim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, mengatakan di lahan agrowisata yang diberi nama Bulak Barokah seluas empat hektare itu ditanam berbagai jenis buah unggulan lokal, seperti durian bawor, kelapa, petai, dan aneka sayuran sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung.

"Awalnya lahan ini dibiarkan bertahun-tahun karena dianggap angker, tapi saya dan warga desa kemudian berinisiatif menjadikannya sebagai agrowisata," kata dia.

Selain ditanami komoditas unggulan lokal, tak jauh dari kebun didirikan beberapa petak bangunan tempat pengolahan gula kelapa khas Banyumas.

"Gula kelapa adalah salah satu potensi lokal yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian warga desa kami," ucapnya.

Agrowisata Bulak Barokah ini juga dijadikan pusat peternakan sapi dan kambing sehingga makin menjadi daya tarik baru bagi Kabupaten Banyumas.

"Sedangkan untuk tanaman utamanya adalah durian dan petai. Tanaman buah lainnya kami manfaatkan lahan yang tersisa," kata Rasim.

Sampai saat ini, agrowisata yang dikembangkan sejak 2015 itu, menjadi penopang mata pencaharian 450 keluarga yang hidup dari aktivitas pembuatan gula kelapa.

Agrowisata itu juga menghadirkan aneka binatang yang hidup di lahan kebun binatang mini, termasuk di dalamnya kelinci, kambing, kerbau, kambing, sapi, dan berbagai jenis ikan hias.

Kini Agrowisata Bulak Barokah menjadi destinasi wisata andalan bagi anak-anak, tak terkecuali siswa-siswa TK dan PAUD. Di sisi lain kawasan tersebut juga dibangun 26 kios berukuran 3×4 meter berbahan anyaman bambu yang unik.

Setiap warga yang ingin berjualan harus membayar dengan uang sewa yang cukup terjangkau, yakni Rp600 ribu per tahun. Deretan kios unik itu menjadi pusat kuliner desa dengan seluruh makanan khas Banyumas bisa dijumpai di tempat itu.

Beberapa pedagang yang dijumpai di lokasi mengaku beruntung dengan berdirinya kawasan agrowisata tersebut.

"Semula saya hanya kerja serabutan dengan hasil yang tidak menentu. Sekarang dengan berjualan di sini, kami bisa memiliki penghasilan tetap, rata-rata bisa dapat Rp200 ribu sehari," ujar Durori, salah satu pedagang yang menempati kios unik tersebut.

Destinasi wisata yang diresmikan akhir 2017 dikembangkan melalui program dana desa dengan skema Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai pengelolanya.

Untuk mempercantik lokasi wisata itu, Rasim dari tahun ke tahun menggunakan 90 persen dana desa untuk pengembangan agrowisata.

"Pada 2015 dana desa yang kami gunakan Rp300 juta, pada 2016 jadi Rp600 juta, pada 2017 menjadi Rp900 juta. Pada 2019 kami menargetkan dalam waktu satu tahun ada peningkatan jadi Rp1 miliar," kata Rasim.

BUMDes bernama Kabul Ciptakku yang mengelola Agrowisata Bulak Barokah kini telah memasarkan hasil produksi masyarakat setempat dengan lebih mudah dan dengan harga lebih baik.

"Melalui BUMDes, pemasaran produk warga bisa lebih mudah dengan harga yang lebih tinggi juga," tuturnya.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi (PKP2Trans) Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Hari Pramudiono menilai agrowisata Bulak Barokah menjadi salah satu contoh pengembangan desa dengan BUMDes yang berhasil.

"Badan usaha yang permodalannya berasal dari dana desa ini berhasil menyulap lahan tidur seluas empat hektare yang semula terbengkalai menjadi kawasan sumber pendapatan baru bagi warganya," katanya.

Pihaknya berharap kesuksesan agrowisata tersebut menjadi inspirasi dan direplikasi desa-desa lain di Indonesia. Untuk kesuksesan tersebut, Kemendes sekaligus mengukuhkan Rasim sebagai salah seorang tokoh inspirator pada bidang pengembangan BUMDes.(*)

Pewarta: Hanni Sofia

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018