Bojonegoro (Antara Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur tidak mengeluarkan air Waduk Pacal di Kecamatan Temayang karena tidak ada permintaan petani, sejak sebulan terakhir.

"Tidak ada petani di sepanjang irigasi Waduk Pacal yang mengajukan permintaan air, sebab kebutuhan tanaman padinya bisa tercukupi dari air hujan," kata Kasi Pemanfaatan Sumber Air Dinas Pengairan Bojonegoro Sutiyono, di Bojonegoro, Jumat.

Menurut dia, tanaman padi petani di sepanjang daerah irigasinya mulai Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberejo, juga kecamatan lainnya, bisa memperoleh air hujan.

"Hujan sudah merata, ya petani bisa mencukupi air untuk tanaman padi dengan air hujan," ucapnya, menambahkan.

Ia menyebutkan di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal di sejumlah kecamatan terdapat tanaman padi lebih dari 16.000 hektare dengan usia berkisar sebulan.

"Sejak awal tanam tidak ada petani yang mengajukan permintaan air, sebab petani memanfaatkan air hujan sudah cukup," ucapnya.

Saat ini, lanjut dia, ketinggian air pada papan duga di Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, mencapai  112,90 meter dengan tampungan air efektif sekitar 16 juta meter kubik.

Air yang tertampung itu, menurut dia, sekitar separuhnya dari daya tampung waduk peninggalan Belanda yang sekarang ini hanya sekitar 23 juta meter kubik.

Hanya saja, lanjut dia, Waduk Pacal tidak dimanfaatkan menampung air secara maksimal, disebabkan bangunan pelimpas yang pernah jebol masih belum diperbaiki secara permanen.

Dengan demikian, katanya, kalau ketinggian air waduk mendekati maksimal maka air dibuang melalui saluran pelimpas untuk menghindari bangunan pelimpas yang diperbaiki sementara itu kembali jebol.

Data di kantor Dinas Pengairan, Waduk Pacal memiliki daerah irigasi pertanian seluas 16.624 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberrejo, Kepohbaru, dan Baureno.

Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik. Namun sekarang daya tampungnya menurun, disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air di wilayah setempat. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017