Jember (Antara Jatim) - Semua umat muslim tentu memiliki keinginan berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji, namun tidak semua masyarakat memiliki kemampuan finansial untuk menunaikan rukun Islam kelima itu.

Paini (64) warga Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah majikannya pasangan Aidawati dan Joko Hadiyanto di Jalan Gajahmada Jember tidak menyangka bisa berangkat haji tahun 2017.

Perempuan yang sudah bekerja di rumah majikannya sejak tahun 1980 tersebut memiliki tekad yang kuat untuk menunaikan ibadah haji, terlebih lagi melihat majikannya menunaikan ibadah haji pada tahun 2010.

Ditemui di sela kesibukannya, Paini mengaku uang hasil bekerja sebagai pembantu rumah tangga puluhan tahun lalu ditabung sedikit demi sedikit dan sewaktu usianya masih muda juga bekerja tambahan dengan menyetrika baju para tetangga di sekitar tempat kerjanya.

Ia mengatakan keinginannya untuk menjalankan rukun Islam kelima tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama, namun impian tersebut selalu di simpan dalam hati karena saat awal bekerja sebagai pembantu rumah tangga gajinya hanya Rp500 ribu per bulan.

Namun, nenek asal Desa Mandigu itu sangat yakin suatu saat Allah SWT akan memberinya jalan dan kesempatan untuk berangkat ke Baitullah dan harapan tersebut terwujud pada tahun 2017 karena Paini menjadi salah satu calon haji yang akan berangkat pada Kamis ini, 3 Agustus 2017.

Sejak bercerai dengan suaminya pada tahun 1980, ia meninggalkan tempat kelahirannya Desa Mandigu, Kecamatan Mumbulsari dan mencari pekerjaan ke kota Jember dengan menjadi seorang pembantu di rumah Aidawati yang berada di Jalan Gajahmada, Kecamatan Kaliwates.

Bahkan Paini sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh majikannya karena sudah bekerja puluhan tahun dan merawat semua anak majikannya sejak lahir hingga dewasa, sehingga ikatan emosionalnya dengan keluarga Aidawati sudah mendarah daging dan terlebih kondisinya yang sebatang kara karena tidak punya suami dan anak.

Keinginannya naik haji itu muncul ketika melihat majikannya mendaftar untuk berangkat haji pada 2010 silam dan beruntung sang majikan mendukung keinginannya tersebut, bahkan membantunya mendaftar haji pada tahun yang sama.

"Meski memiliki keinginan berhaji, namun saya tidak pernah sekalipun melontarkan keinginan berhaji kepada majikan. Tiba-tiba saya ditawari ibu Aidawati untuk ikut daftar haji bersamaan dengan beliau, namun ibu berangkat duluan tahun 2010," tuturnya.

Biaya pendaftara haji semua ditalangi oleh majikannya dan ia membayar dengan cara mengangsur dengan seluruh gajinya setiap bulan yang dipotong oleh majikannya, sehingga pada tahun 2017 bisa menunaikan ibadah haji.

Nenek yang sudah bekerja selama 37 tahun di rumah majikannya itu masuk dalam rombongan kelompok terbang (kloter) 26 dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al Ghozali.

Paini yang tinggal sehari-hari di rumah majikannya itu sangat senang dan bahagia sekali karena doa dan cita-cita untuk menunaikan rukun Islam kelima terkabulkan, sehingga usahanya yang menabung sejak puluhan tahun tidak sia-sia.

Warga Kecamatan Mumbulsari itu mengaku tak banyak yang akan dipinta ketika berada di Tanah Suci yakni berdoa untuk dirinya sendiri dan majikan perempuannya agar diberi kesehatan dan kebahagiaan di sisa umur mereka. 

Sementara majikan Paini, Aidawati mengatakan apa yang menjadi keinginan pembantunya untuk naik haji selalu dimotivasi, bahkan dirinya selalu meminta bahwa perempuan yang dianggap sebagai keluarganya itu mengutamakan ibadah dari pada pekerjaan.

Selama bekerja di keluarganya, lanjutnya, Paini tidak banyak menuntut dan rajin bekerja tanpa harus diminta, serta uang gaji pembantunya tersebut juga selalu ditabung di bank untuk biaya pendaftaran ibadah haji. 

Saat menunaikan ibadah haji Paini akan cuti bekerja, namun sang majikan tidak mempermasalahkannya karena selama ini pekerjaan rumahnya bukan hanya dikerjakan oleh Paini saja tetapi juga dibantu nya.

"Saya juga sangat senang dan bersyukur bisa membantu Paini menunaikan rukun Islam kelima dan mewujudkan cita-citanya untuk pergi haji karena hal itu merupakan kebahagiaan bagi kami," katanya.

Paini salah satu calon haji dari total sebanyak 2.316 calon haji Jember yang terbagi dalam enam kelompok terbang (kloter) yang berangkat dari titik kumpul di Jember pada 3-5 Agustus 2017.

Calon Haji Risiko Tinggi
Usia Paini yang genap 64 tahun tentulah bukan usia yang mudah untuk menjalankan ibadah haji dan masuk kategori risiko tinggi karena lebih dari 60 tahun, bahkan Dinas Kesehatan Jember mencatat sebanyak 1.088 calon haji Jember memiliki riwayat penyakit kategori risiko tinggi berdasarkan pemeriksaan medis di rumah sakit daerah.

Kepala Dinas Kesehatan Jember Siti Nurul Qomariyah mengatakan calon haji Jember yang memiliki penyakit risiko tinggi dibagi tiga kelompok yakni kelompok risiko tinggi kategori merah, kelompok risiko tinggi kategori hijau, dan kelompok risiko tinggi kategori kuning.

Calon haji yang masuk risiko tinggi kategori merah yakni berusia diatas 60 tahun dan memikiki penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan jantung tercatat sebanyak 352 orang.

Kemudian calon haji risiko tinggi kategori hijau sebanyak 148 orang yakni mereka berusia diatas 60 tahun dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis, namun tetap mendapatkan perhatian dari tim medis karena faktor usianya.

Calon haji yang memiliki risiko tinggi kategori kuning yakni berusia kurang dari 60 tahun, namun memiliki rekam medis penyakit kronis tercatat sebanyak 588 orang, sehingga total calon haji yang mendapat perhatian dari tim medis sebanyak 1.088 orang.

Ia mengatakan jumlah dokter dan tim medis yang disiagakan untuk 2.316 calon haji Jember selama menunanaikan ibadah haji di Tanah Suci sebanyak 19 orang, sehingga diharapkan calon haji yang risiko tinggi bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal dari petugas.

"Ribuan calon haji yang memiliki penyakit risiko tinggi tersebut menggunakan gelang sesuai kategori risiko tingginya, sehingga dokter dan petugas kesehatan di masing-masing kelompok terbang bisa memantau mereka saat menunaikan ibadah haji," tuturnya.

Sementara Kepala Kementerian Agama Jember Facrur Rozi mengatakan jumlah jamaah calon haji Jember tahun 2017 mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan penambahan kuota haji dari Pemerintah Arab Saudi.

"Tahun lalu kuota haji Jember sebanyak 1.993 orang, sedangkan tahun 2017 sebanyak 2.316 orang, sehingga meningkat sebanyak 323 orang," katanya.

Dari 2.316 calon haji tersebut dibagi menjadi enam kloter yakni kloter 26, 27, 28, 29, 30, dan 31 yang merupakan kloter gabungan dari Kabupaten Situbondo dan Kota Surabaya dengan masing-masing kloter berjumlah 444 hingga 445 orang, sedangkan kloter 31 tercatat hanya 81 berasal calon haji Jember dan sisanya dari Situbondo dan Surabaya.

Pengalaman Paini yang hanya seorang pembantu rumah tangga dengan gaji pas-pasan menyimpan pesan bahwa tidak perlu menunggu kaya raya untuk menunaikan rukun Islam kelima, namun dengan niat yang kuat dan keihlasan yang sungguh-sungguh untuk ibadah merupakan hal yang utama dan pertama. 

Doa dan harapan seorang pembantu rumah tangga di Jember untuk berhaji tersebut akhirnya terkabul berkat niat, usaha, keuletan dan ketekunan, serta istiqomah dalam menjalankan ibadah.(*)
Video oleh: Zumrotun Solichah

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017