Tianjin merupakan satu dari empat munisipalitas di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) selain Beijing, Chongqing, Shanghai.  Tianjin yang  berstatus setingkat provinsi di RRT  memiliki ciri khas sebagai masyarakat pesisir.

Sebagai kota pesisir, Tianjin yang berada di timur laut Ibu Kota RRT, Beijing sangat berbeda dengan Provinsi Yunnan yang berada di barat daya Beijing. Provinsi Yunnan berada di  pedalaman yang  tidak  memiliki wilayah lautan. Provinsi Yunnan kental dengan corak masyarakatnya yang agraris.

Tianjin dijangkau selama sekitar tiga jam 20 menit dari Bandara Kunming, Yunnan. Daerah ini memiliki bandar udara dan bandar laut. Oleh karena itu, Tianjin dikenal sebagai kota bandar. Pelabuhan Tianjin berada di Teluk Bohai, sedangkan Bandar Udara di Tianjin bernama Binhai.

Seperti layaknya kota-kota persisir, cuaca pada saat musim panas, seperti  saat bulan Mei sekarang ini cukup ekstrem. Jika di Yunnan yang berkisar 11-21 derajat Celcius, tapi di kota berjuluk Feri Sang Kaisar (The Emperor's Ferry) itu dapat mencapai 32-37 derajat Celcius pada siang hari. Tainjin cukup terik.

Sebagai kota bandar di pesisir  sekitar 100 kilometer tenggara Ibu Kota RRT Beijing, produksi pertaniannya kalah ketimbang Yunnan.  Namun demikian, permukaan tanah di Tianjin lebih datar, tidak seperti Yunnan yang berupa pegunungan.

Tianjin dengan luas sekitar 11.760 kilometer persegi memiliki sumber daya laut yang luas serta kekayaan sumber daya minyak dan gas melimpah.  

Tianjin dengan sejarah panjang dalam peradaban kini telah berkembang pesat menjadi kota jasa dan kota industri. Pelabuhan Tianjin bahkan telah dibuka sebagai pelabuhan perdagangan sejak tahun 1860.

Dari wilayah berpenduduk sekitar 15 juta jiwa  ini teknologi modern, khususnya teknologi perkapalan, teknologi pesawat terbang,  teknologi informasi dan animasi, berkembang pesat.

Tianjin yang memiliki produk domestik bruto (PDB) mencapai 270 miliar dolar AS pada 2016 ini juga dikenal sebagai pusat perkembangan kreativitas animasi moderen.

Perekonomian Tianijin meski pada 2015 tidak begitu menggembirakan, tapi secara umum tetap menunjukkan kecenderungan meningkat. Industri yang menunjukkan peningkatan di antaranya industri pesawat terbang, minyak, dan industri kimia, peralatan manufaktur, teknologi informasi, obat-obatan tekstil dan lainnya.

Seperti dikutip dalam buku "Tianjin Basic Fact", kontrak investasi di Tianjin pada 2015 tetap menunjukkan  kondisi yang baik. Sebanyak 1.035 perusahaan asing menandatangani kontrak investasi senilai 31,357 miliar dolar AS.

Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pemerintah Tianjin pada 21 April 2015 telah meresmikan kawasan perdagangan bebas yang mereka sebut dengan Tianjin Pilot Free Trade Zone (TPFTZ).

Terkait dengan layanan tersebut, Jawa Timur yang telah menjalin kerja sama provinsi kembar dengan Tianjin yang pengukuhan kerja sama itu dilakukan pada 2012, mendapat fasilitas layanan ruang pamer produk di salah satu sudut ruangan di kompleks kawasan perdagangan bebas  pajak tersebut.

Ruang pameran produk tersebut kini dalam pengerjaan dan diharapkan pertengahan Juli 2017 sudah selesai dan dapat diresmikan pengoperasiannya.

Selain di kompleks tersebut, Jawa Timur sebenarnya selama ini juga memiliki ruang pamer di salah satu bagian yang berdekatan dengan Tianjin Planning Exhibition Hall.

Di tempat ini, Jatim menempati dua ruang yang dimanfaatkan untuk memajang produk kayu ukir dan produk kerajinan lainnya. Namun, transaksi di tempat ini tetap akan dikenai pajak.

Tianjin sebagai kota jasa  dengan GDP mencapai 270 miliar dolar AS pada 2016 ini  tidak banyak menghasilkan produk pertanian seperti halnya Provinsi Yunnan. Oleh karena itu, munisipalitas tersebut  berharap Jatim dapat memasok produk-produk pertaniannya.

"Kami butuh produk pertanian seperti sayur dan buah-buahan," kata Wakil Direktur Bagian Hubungan Internasional Pemerintah Provinsi Tianjin, Cao Hun Jun, saat menerima delegasi media Jawa Timur, di Tianjin (19/5).

Kendati sudah ada penawaran seperti itu, rasanya Jatim tidak akan mudah merealisasikannya. Kalau bisa, belum tentu kompetitif. Alasannya, Jatim tidak memiliki lahan khusus dan terkonsentrasi di suatu tempat untuk bisa menghasilkan produk pertanian secara massal yang bisa diekspor  dengan mudah seperti halnya di Provinsi Yunnan.

Kendati begitu, Jatim diakui merupakan daerah yang memiliki potensi pertanian yang bagus seperti buah-buahan , sayuran dan itu dibutuhkan oleh masyarakat Tianjin. Sedangkan produk dari Indonesia yang selama ini dikirim ke Tianjin seperti minyak kelapa sawit,  bahan kimia, karet, batu bara cair, serta makanan dan minuman.

Didampingi Kepala Divisi Koordinasi dan Komunikasi, Teng Jian Zhen, serta sejumlah staf, Cao Hun Jun berharap kerja sama dengan Pemprov Jatim bisa lebih diperkuat dan tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan dengan Kota Surabaya sebagai Ibu Kota Jatim melalui jalinan kerja sama "sister city".  

Sangat Tertata

Tianjin sebagai kota pelabuhan sangat tertata. Hampir semua kawasan di Yunnan,  Tianjin dan Beijing  tertata dengan baik. Tapi, dibandingkan dua kota lainnya Tianjin jauh lebih tertata dan bersih.

Zona-zona peruntukan wilayahnya sudah terkonsep dengan baik.  Pengaturan tersebut dapat dilihat di Tianjin Planning Exhibition Hall. Di gedung tersebut terdapat maket yang menggambarkan zona-zona peruntukan lahan di Tianjin. Zona-zona tersebut tertata dengan apik.

Zona kawasan perekonomian, kawasan perkantoran, kawasan pendidikan, kawasan budaya, dan zona-zona lainnya terlihat jelas di maket.

Semuanya selaras dengan yang ada di lapangan. Penataan-penataan di Tianjin, dan juga semua wilayah Tiongkok, berjalan dengan baik karena sistem pemerintahan di sini sangat mendukung. Lahan adalah milik negara.
   
Dari maket utama yang berada di ruang berukuran sekitar 20 x 40 meter dan didetailkan bagian per bagian di maket-maket berikutnya, terpampang jelas aliran Sungai Haihe sepanjang 70 kilometer berwarna biru membelah kota, seperti halnya Jakarta dibelah Sungai Ciliwung dan Surabaya mengalir Kali Mas.

Semua bangunan menghadap ke sungai. Bahkan, sebelum gedung dengan bibir sungai, dibatasi jalan. Air Sungai Haihe yang kedalamannya tidak kurang dari 5 meter itu cukup jernih. Tidak terlihat sampah atau zat-zat buangan yang mengotori.

Untuk menghubungkan kawasan satu dengan lainnya yang terbelah Sungai Haihe pemerintah setempat membangun sebanyak 20 jembatan dengan model yang berbeda-beda. Jembatan dengan konstruksi yang kokoh dan lebar serta arstistik.

Pembangunan jembatan dengan model yang berbeda-beda tersebut justru menjadi daya tarik wisatawan. Apalagi Sungai Haihe merupakan salah satu objek wisata unggulan daerah setempat.  

Pada malam hari, kehidupan di Sungai Haihe berbeda dibandingkan saat pagi atau siang hari. Jika pada pagi dan siang hari kawasan di tepian sungai terbesar di Tianjin ini untuk aktivitas masyarakat berolahraga dan memancing, tapi pada malam hari terdapat atraksi wisata naik feri menyusuri sungai.

Operator objek wisata adalah semacam badan usaha milik daerah di Indonesia. Untuk sekali naik feri berkapasitas sekitar 150-200 penumpang selama hampir satu jam, wisatawan cukup membayar 100 yuan.

Dengan feri wisatawan dapat menikmati panorama malam Sungai Haihe yang bermandikan sinar lampu. Di sisi kanan kiri sungai terdapat gedung-gedung menjulang berhiaskan pijar lampu.

Di satu titik, di atas Sungai Haihe disajikan indahnya bianglala raksasa. Dari bianglala "Eye of Tianjin" dapat melihat panorama kota yang sangat indah.

Tianjin merupakan  salah satu potret kota pesisir,  kota jasa dan sekaligus kota industri maju yang mampu menata diri dengan baik. Zona-zona peruntukan lahan terkonsep dan bersih. Tidak terlihat pedagang kaki lima di sepanjang jalan karena mereka ditempatkan di satu tempat layaknya pasar tradisional di Indonesia.  (*)
Video oleh: Slamet Hadi Purnomo



Pewarta: Slamet Hadi Purnomo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017