![pinterest](https://pinterest.com/pin/create/button/?url=https://jatim.antaranews.com/berita/194536/mahasiswa-fpik-universitas-brawijaya-ciptakan-aquatech-reproduksi-lobster&media=https://cdn.antaranews.com/cache/1200x800/2017/03/20170321hendra.jpg&description=Mahasiswa FPIK Universitas Brawijaya ciptakan "Aquatech" Reproduksi Lobster){kind=link}
Malang, (Antara Jatim) - Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) Malang menciptakan teknologi yang mampu membantu lobster untuk bereproduksi (menetaskan) telur lobster, yakni "Aqua Culture Control System" ("Aquatech").
Menurut penemu Aquatech FPIK UB Hendra di Malang, Jawa Timur, Selasa, inovasi ini bisa membantu lobster menetaskan telur dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 persen. "Saya merasa tergugah untuk membantu nelayan yang selama ini kurang maksimal dalam budi daya lobster," katanya.
Ia mengemukakan selama ini tingkat keberhasilan lobster bereproduksi di alam bebas hanya mencapai 25 persen. Salah satu penyebab gagalnya reproduksi lobster adalah semakin rusaknya terumbu karang yang menjadi tempat lobster bereproduksi.
Hendra yang dibantu dua temannya itu, yakni Ibrahim Hasan (FT) dan Vian Dedi (Alumni UB) mengatakan di Jawa Timur ada sekitar 70 persen terumbu karang yang rusak. Oleh karena itu, dirinya berinisiatif membuat tempat reproduksi atau penetasan telur lobster dengan menggunakan kolam buatan.
Dikatakannya ada tiga ukuran kolam yang digunakan untuk tempat reproduksi lobster, yaitu 2x1 meter, 3x2meter, dan 4x4 meter. Kolam-kolam tersebut dilengkapi dengan alat, seperti pengontrol kualitas air. Air yang sudah diisi ke dalam Aquatech akan dikontrol kualitasnya.
Setelah kualitas air dirasa bagus, akan dimasukkan lobster jantan dan betina. Lobster jantan dan betina tersebut akan dibiarkan beberapa hari hingga bertelur. Setelah telur menetas akan dilakukan pembesaran dan pada saat besaran lobster dianggap cukup, selanjutnya dilakukan pemanenan.
Selama ini, kata Hendra, banyak nelayan yang mengalami penurunan hasil tangkapan lobster akibat besarnya tingkat kegagalan lobster dalam bereproduksi. "Kami sengaja membuat Aquatech agar bisa digunakan oleh nelayan. Saat ini sudah ada enam Aquatech yang kami distribusikan secara gratis kepada nelayan yang ada di daerah Malang Selatan, Jember, dan Situbondo," urainya.
Selama setahun menggunakan Aquatech, lanjutnya, nelayan-nelayan tersebut mengaku sukses menetaskan telur lobster dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 persen. "Kami senang bisa membantu nelayan dalam meningkatkan penghasilan mereka. Oleh karenanya, kami tidak akan menjual temuan kami dan akan memberikannya kepada nelayan," paparnya.
Aquatech saat ini sedang dalam proses pendaftaraan patent di LPPM UB. Meski demikian, Hendra menegaskan tidak akan menjual Aquatech. Dia akan memberikan teknologi gratis tersebut kepada para nelayan yang membutuhkan.
"Kami hanya menggunakan sistem bagi hasil dengan nelayan, yaitu keuntungan 60 persen untuk nelayan, 30 persen untuk perusahaan kami, dan 10 persen untuk konservasi alam," terangnya.
Ke depan, Hendra berharap bisa membangun badan usaha bekerja sama dengan para nelayan yang tergabung dalam Pokmawas Jatim. "Harapn kami teknologi ini bisa digunakan secara berkelanjutan agar bisa membantu nelayan dalam budi daya lobster," katanya.
Aqautech temuan Hendra dan dua orang temannya itu menjadi juara pertama untuk kategori nondigital dan juara dua best of the best Program Wirausaha Muda Mandiri.
Penyerahan penghargaan dilakukan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Anak Agung Gede Ngurah Puspayogadi Graha Widya Wisuda IPB Dramaga, Bogor, Sabtu (11/3).(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Menurut penemu Aquatech FPIK UB Hendra di Malang, Jawa Timur, Selasa, inovasi ini bisa membantu lobster menetaskan telur dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 persen. "Saya merasa tergugah untuk membantu nelayan yang selama ini kurang maksimal dalam budi daya lobster," katanya.
Ia mengemukakan selama ini tingkat keberhasilan lobster bereproduksi di alam bebas hanya mencapai 25 persen. Salah satu penyebab gagalnya reproduksi lobster adalah semakin rusaknya terumbu karang yang menjadi tempat lobster bereproduksi.
Hendra yang dibantu dua temannya itu, yakni Ibrahim Hasan (FT) dan Vian Dedi (Alumni UB) mengatakan di Jawa Timur ada sekitar 70 persen terumbu karang yang rusak. Oleh karena itu, dirinya berinisiatif membuat tempat reproduksi atau penetasan telur lobster dengan menggunakan kolam buatan.
Dikatakannya ada tiga ukuran kolam yang digunakan untuk tempat reproduksi lobster, yaitu 2x1 meter, 3x2meter, dan 4x4 meter. Kolam-kolam tersebut dilengkapi dengan alat, seperti pengontrol kualitas air. Air yang sudah diisi ke dalam Aquatech akan dikontrol kualitasnya.
Setelah kualitas air dirasa bagus, akan dimasukkan lobster jantan dan betina. Lobster jantan dan betina tersebut akan dibiarkan beberapa hari hingga bertelur. Setelah telur menetas akan dilakukan pembesaran dan pada saat besaran lobster dianggap cukup, selanjutnya dilakukan pemanenan.
Selama ini, kata Hendra, banyak nelayan yang mengalami penurunan hasil tangkapan lobster akibat besarnya tingkat kegagalan lobster dalam bereproduksi. "Kami sengaja membuat Aquatech agar bisa digunakan oleh nelayan. Saat ini sudah ada enam Aquatech yang kami distribusikan secara gratis kepada nelayan yang ada di daerah Malang Selatan, Jember, dan Situbondo," urainya.
Selama setahun menggunakan Aquatech, lanjutnya, nelayan-nelayan tersebut mengaku sukses menetaskan telur lobster dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 persen. "Kami senang bisa membantu nelayan dalam meningkatkan penghasilan mereka. Oleh karenanya, kami tidak akan menjual temuan kami dan akan memberikannya kepada nelayan," paparnya.
Aquatech saat ini sedang dalam proses pendaftaraan patent di LPPM UB. Meski demikian, Hendra menegaskan tidak akan menjual Aquatech. Dia akan memberikan teknologi gratis tersebut kepada para nelayan yang membutuhkan.
"Kami hanya menggunakan sistem bagi hasil dengan nelayan, yaitu keuntungan 60 persen untuk nelayan, 30 persen untuk perusahaan kami, dan 10 persen untuk konservasi alam," terangnya.
Ke depan, Hendra berharap bisa membangun badan usaha bekerja sama dengan para nelayan yang tergabung dalam Pokmawas Jatim. "Harapn kami teknologi ini bisa digunakan secara berkelanjutan agar bisa membantu nelayan dalam budi daya lobster," katanya.
Aqautech temuan Hendra dan dua orang temannya itu menjadi juara pertama untuk kategori nondigital dan juara dua best of the best Program Wirausaha Muda Mandiri.
Penyerahan penghargaan dilakukan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Anak Agung Gede Ngurah Puspayogadi Graha Widya Wisuda IPB Dramaga, Bogor, Sabtu (11/3).(*)
Editor : Chandra Hamdani Noer
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017