Bojonegoro (Antara Jatim) - Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, Suyoto meminta desa mengalokasikan anggaran di dalam APBDes untuk membeli alat uji tanah bagi kelompok tani sebagai usaha mengetahui kondisi tanah di desanya masing-masing.
   
"Saya minta semua desa mengalokasikan anggaran di dalam APBDes untuk membeli alat uji tanah yang harganya hanya sekitar Rp3,5 juta per unit," katanya dalam dialog dengan petani dalam acara penanaman padi di Bojonegoro, Rabu.
   
Menurut dia, dengan adanya alat uji tanah maka bisa diketahui kondisi tanah sehingga petani dalam  menanam tanaman padi bisa dengan cara yang tepat.
   
"Kalau tanah dalam kondisi tidak baik tetapi dipaksa terus menerus dengan tanaman padi maka tanaman tidak akan bisa tumbuh baik," jelas dia.
   
Ia mengatakan petani di daerahnya dalam menanam tanaman padi tidak pernah memperhatikan kondisi tanah.
   
Apalagi, lanjut diaa, dalam melakukan pemupukan tanaman padi yang selama ini hanya mengandalkan memberikan pupuk Urea dengan jumlah banyak.
   
Padahal, lanjut dia, tanaman padi yang memperoleh pupuk Urea dengan jumlah bisa tumbuh hijau, tetapi akarnya rapuh.
   
"Tanaman padi hanya tumbuh menjadi hijau, tapi mudah roboh karena akarnya rapuh," ucapnya menambahkan.
   
Manajer Riset Pupuk dan Produk Hayati PT Petrokimia Gresik Nuraini, menjelaskan PT Petrokimia Gresik menyediakan mobil layanan alat uji tanah yang bisa dimanfaatkan petani secara gratis.
   
Dalam memanfaatkan mobil layanan itu, katanya, petani bisa mengusulkan melalui kelompok tani di wilayah staf perwakilan penjualan pupuk di wilayahnya masing-masing.
   
Menurut dia, alat uji tanah itu bisa dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat keasaman tanah, serta unsur-unsur lainnya di dalam tanah, seperti nigrogen, phospat dan kalium.                    
    
"Berdasarkan data itu bisa dimanfaatkan untuk memperlakukan tanah serta unsur pupuk yang harus dipenuhi," jelas dia.
   
Direktur PT Petrokimia Gresik Nugroho Christijanto menjelaskan PT Petrokimia Gresik mengembangkan teknologi budi daya tanaman padi dengan melakukan pengawalan lengkap kepada petani meliputi kebutuhan benih, pupuk, pembenahan tanah dan pestisida.
   
"Dari hasil uji coba yang sudah pernah kita lakukan pola pengembangan teknologi pengawalan tanaman padi mampu menaikkan produksi tanaman padi," ucapnya menambahkan.
   
Ia menyebutkan dari hasil uji coba yang sudah berjalan mampu menghasilkan produksi padi 8 ton gabah kering giling (KGP) per hektare, bahkan sampai 12 ton GKP per hektare.
   
"Benih padi hibrida yang mampu menghasilkan produksi 12 ton GKG per hektare belum kami produksi dalam jumlah banyak," jelas dia.  (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016