Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengembangkan kawasan khusus untuk ditanami aneka cabai seluas 190 hektare yang merupakan sinergi bersama antara para petani dengan Kementerian Pertanian.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu mengatakan terdapat dua jenis cabai yang dikembangkan di 16 kecamatan itu, yaitu cabai rawit dan cabai besar.
Ia merinci, untuk cabai rawit seluas 75 hektare dan cabai besar 115 hektare.
"Program ini sudah jalan 3 bulan terakhir, dan terus kami kawal. Kami sudah petakan ada 9 kecamatan sentra pengembangan cabai besar, yaitu Srono, Cluring, Gambiran, Singojuruh, Songgon, Siliragung, Genteng, Sempu, dan Kalibaru. Sementara sentra pengembangan cabai rawit ada di 8 kecamatan antara lain Wongsorejo, Purwoharjo, Cluring dan lainnya," kata Anas.
Pemkab Banyuwangi juga telah memberikan sarana dan prasana teknologi pertanian, selain pemberian pupuk dan pemberantas hama organik, juga membuka sekolah lapang bagi para petani.
"Kami telah menerjunkan 174 petugas penyuluh lapangan (PPL) yang terdiri dari 124 PPL dari Pemkab Banyuwangi dan 50 THL dari Kementan. Sudah saya kumpulkan semua PPL untuk mengawal program ini dan program-program terkait pertanian lainnya. Ini harus sukses," ujar Anas.
Adapun dari sisi infrastruktur, kata Anas, Pemkab Banyuwangi memfasilitasi saluran irigasinya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Pemkab Banyuwangi Ikhrori Hudanto menambahkan, Banyuwangi merupakan produsen cabai terbesar di Jawa Timur.
"Jadi selain meningkatkan pendapatan petani, program ini bisa menjaga ketersediaan komoditas cabai aman sepanjang tahun. Bukan hanya untuk Banyuwangi, tapi juga daerah lain karena cabai dari sini memang rutin dikirim hingga ke Jakarta, Bandung, Bali, Jateng, Yogyakarta, dan Kalimantan," ujarnya.
Pada tahun 2015, kata dia, luas lahan panen cabai kecil di Banyuwangi mencapai 2.970 hektare dengan total produksi 21.146 ton. Adapun cabai besar produksinya 14.684 ton dengan luas panen 1.254 hektare. Produktivitas cabai kecil mencapai 71,20 kuintal per hektare, sedangkan cabai besar 117,10 kuintal per hektare.
Untuk mendukung pelaksanaan pengembangan tanaman cabai ini, kata Ikhrori, Dispertan melibatkan 24 kelompok tani. Kepada sejumlah kelompok tani yang mengembangkan tanaman cabai ini, pihaknya telah mengucurkan bantuan, mulai benih sebanyak 2070 pak, pupuk organik granul 400 ton, pupuk organik cair 950 liter, NPK 58,7 ton. Selain itu juga pompa air 33 unit, power sprayer 61 unit, PH tanah 24 unit, dan cultivator 29 unit.
Ia menjelaskan sistem tanam yang digunakan dalam program ini adalah manajemen pola produksi. Yaitu, proses penanaman tidak dilakukan secara serempak pada musim hujan atau awal musim kemarau saja, namun dijadwalkan secara bertahap bergantian sepanjang waktu tanpa menunggu musim tertentu.
Penanaman cabai pun, ujar dia, bisa dilakukan di musim kemarau, lantaran telah ada bantuan sumur pompa dari pemerintah dan swadaya para petani.
"Dengan mengatur masa tanam, panen bisa diatur di antarwilayah. Dengan sistem penanaman seperti ini, kebutuhan cabai di Banyuwangi bisa terpenuhi sepanjang waktu. Selain juga fluktuasi harga akibat kelangkaan cabai di pasar bisa ditekan," kata Ikhrori.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu mengatakan terdapat dua jenis cabai yang dikembangkan di 16 kecamatan itu, yaitu cabai rawit dan cabai besar.
Ia merinci, untuk cabai rawit seluas 75 hektare dan cabai besar 115 hektare.
"Program ini sudah jalan 3 bulan terakhir, dan terus kami kawal. Kami sudah petakan ada 9 kecamatan sentra pengembangan cabai besar, yaitu Srono, Cluring, Gambiran, Singojuruh, Songgon, Siliragung, Genteng, Sempu, dan Kalibaru. Sementara sentra pengembangan cabai rawit ada di 8 kecamatan antara lain Wongsorejo, Purwoharjo, Cluring dan lainnya," kata Anas.
Pemkab Banyuwangi juga telah memberikan sarana dan prasana teknologi pertanian, selain pemberian pupuk dan pemberantas hama organik, juga membuka sekolah lapang bagi para petani.
"Kami telah menerjunkan 174 petugas penyuluh lapangan (PPL) yang terdiri dari 124 PPL dari Pemkab Banyuwangi dan 50 THL dari Kementan. Sudah saya kumpulkan semua PPL untuk mengawal program ini dan program-program terkait pertanian lainnya. Ini harus sukses," ujar Anas.
Adapun dari sisi infrastruktur, kata Anas, Pemkab Banyuwangi memfasilitasi saluran irigasinya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Pemkab Banyuwangi Ikhrori Hudanto menambahkan, Banyuwangi merupakan produsen cabai terbesar di Jawa Timur.
"Jadi selain meningkatkan pendapatan petani, program ini bisa menjaga ketersediaan komoditas cabai aman sepanjang tahun. Bukan hanya untuk Banyuwangi, tapi juga daerah lain karena cabai dari sini memang rutin dikirim hingga ke Jakarta, Bandung, Bali, Jateng, Yogyakarta, dan Kalimantan," ujarnya.
Pada tahun 2015, kata dia, luas lahan panen cabai kecil di Banyuwangi mencapai 2.970 hektare dengan total produksi 21.146 ton. Adapun cabai besar produksinya 14.684 ton dengan luas panen 1.254 hektare. Produktivitas cabai kecil mencapai 71,20 kuintal per hektare, sedangkan cabai besar 117,10 kuintal per hektare.
Untuk mendukung pelaksanaan pengembangan tanaman cabai ini, kata Ikhrori, Dispertan melibatkan 24 kelompok tani. Kepada sejumlah kelompok tani yang mengembangkan tanaman cabai ini, pihaknya telah mengucurkan bantuan, mulai benih sebanyak 2070 pak, pupuk organik granul 400 ton, pupuk organik cair 950 liter, NPK 58,7 ton. Selain itu juga pompa air 33 unit, power sprayer 61 unit, PH tanah 24 unit, dan cultivator 29 unit.
Ia menjelaskan sistem tanam yang digunakan dalam program ini adalah manajemen pola produksi. Yaitu, proses penanaman tidak dilakukan secara serempak pada musim hujan atau awal musim kemarau saja, namun dijadwalkan secara bertahap bergantian sepanjang waktu tanpa menunggu musim tertentu.
Penanaman cabai pun, ujar dia, bisa dilakukan di musim kemarau, lantaran telah ada bantuan sumur pompa dari pemerintah dan swadaya para petani.
"Dengan mengatur masa tanam, panen bisa diatur di antarwilayah. Dengan sistem penanaman seperti ini, kebutuhan cabai di Banyuwangi bisa terpenuhi sepanjang waktu. Selain juga fluktuasi harga akibat kelangkaan cabai di pasar bisa ditekan," kata Ikhrori.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016