Surabaya (Antara Jatim) - Kawasan kampung Peneleh Kota Surabaya yang merupakan salah satu destinasi kunjungan tamu kegiatan UN Habitat pada Juli mendatang ternyata luput dari perhatian Pemkot Surabaya.
    
Salah seorang warga Peneleh Imam Syafii mengatakan untuk mempersiapkan kunjugan tamu ke kampung Peneleh pemkot akhir bulan lalu sempat melakukan kerja bakti massal. Ada beberapa titik yang akan menjadi destinasi kungjungan tamu, seperti makam peneleh, rumah HOS Cokroaminoto juga rumah kelahiran Bung Karno.
    
"Di sini kalau hujan selalu banjir, kami sudah berulang kali lapor ke pemkot soal banjir ini. Tapi belum pernah ada tindakan. Salah satu penyebabnya adalah banyak bangunan yang berdiri di atas saluran," ujarnya.
    
Ia mengatakan  ada bangunan permanen yang menutup gorong-gorong di sana yang belum dibongkar. Padahal jika tidak dibongkar bangunan itu akan menyebabkan banjir.
    
Tapi, lanjut dia, bangunan permanen yang menutupi saluran utama Jalan Makam Peneleh ini tidak dibongkar oleh Pemkot Surabaya. Padahal kalau dilihat, menurut Imam, mulai bangunan Nomor 28 hingga Nomor 44 itu semua berdiri di atas saluran. Bangunan yang disampaikan Imam itu semuanya berada di sisi selatan Makam Belanda Peneleh.
    
Imam mengatakan tempat-tempat yang akan dikunjungi itu selalu banjir, bahkan sekalipun hujan tidak deras.  Menurut Imam Syafii,  penyebab utamanya adalah saluran utama yang menuju kalimas tersebut tersumbat bangunan.
    
"Kami berkali kali laporan ke Pemkot tidak pernah ditindaklanjuti," katanya.
    
Warga lainnya, Nur mengatakan semula aliran air lancar karena gorong-gorong Peneleh yang dibangun Belanda cukup besar. Namun sekitar 1980-an kawasan ini tidak terurus.
    
"Banyak bangunan baru yang menutupi saluran, ada pasar juga rumah," kata Nur.
    
Ia menjelaskan pasar yang ada di kampung Peneleh pun berdiri di atas gorong-gorong, saluran juga dibuat parkir bus, fasum jadi garasi. Lebih parah lagi, puluhan rumah berlomba memakan median jalan bahkan saluran di Jalan Makam Peneleh.
    
Kondisi ini mendapat reaksi dari Ketua DPRD Kota Surabaya Armuji lantaran kampung itu menjadi titik kunjungan dari tamu UN habitat maka seharusnya benar-benar dipersipkan. Apalagi ternyata dikampung itu merupakan titik yang sudah langganan banjir.
    
"Menurut saya kasus ini harus diambil jalan keluar. Sebab saat ini musim tidak bisa diprediksi, saat ini saja sudah musim kemarau tapi masih turun hujan. Pemkot harus mengabil langkah langkah prevetif. Kalau memang di sana langganan banjir, maka harus dicari penyebabknya dan diatasi," katanya.
    
Armuji mengatakan menurut  catatannya, dampak banjir di kawasan tengah kota ini cukup luas.  Semua kampung di Peneleh, Pandean, Grogol, Lawang Seketang, hingga Undaan selalu banjir akibat kondisi saluran ini.  
    
Politisi PDIP ini meminta Pemkot segera membongkar bangunan permanen di atas saluran dan normalisasi saluran di Jl Makam Peneleh. "Mau ditaruh ke mana muka kita, jika delegasi UN Habitat tahu penyebab banjir bukan curah hujan, tapi pembiaran pelanggaran," kritiknya.
    
Untuk itu, anjut dia, pihaknya berencana akan melakukan inspeksi ke kampung peneleh untuk melihat langsung bagaimana kondisi saluran di sana, serta meninjau bangunan yang berdiri di atas saluran tersebut. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016