Adalah Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan LPPM Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPNV) Yogyakarta Dr. Sri Suryaningsum yang punya saran untuk daerah penghasil migas, yakni jangan menggantungkan pendapatan dari sektor migas, lalu dari mana?.

"Daerah penghasil migas di Tanah Air, harus berani melakukan diversifikasi usaha sebagai usaha menyelamatkan pendapatan dari sektor migas, yang disebabkan dengan turunnya harga minyak dunia," ucapnya di Bojonegoro (11/2).

Ia memperkirakan harga minyak dunia akan bertahan berkisar 40-50 dolar Amerika Serikat per barel, selama empat tahun. 

Bertahannya harga minyak dunia itu, lanjut dia, dipengaruhi pola produksi negara Amerika Serikat yang dengan sistem menyuntikkan zat kimia, sehingga biayanya rendah hanya 20 dolar Amerika Serikat per barel.

"Cara itu merusak lingkungan, karena memanfaatkan zat kimi. Hal itu tidak disukai negara Eropa," tuturnya.

Di lain pihak, lanjut dia, Arab Saudi, karena lokasi geografisnya yang strategis, maka masih bisa memproduksi minyak dengan biaya yang tidak terlalu besar.

"Keduanya akan terus bersaing dalam waktu lama, dan kemudian yang mengendalikan harga minyak dunia pasar hitam," ujarnya.

Dengan kondisi itu, menurut dia, penghasilan dari sektor migas sudah tidak bisa lagi menjadi tumpuan, sehingga daerah penghasil migas, seperti Bojonegoro harus berani melakukan diversifikasi usaha.

"Karena itu daerah migas jangan menggantungkan pendapatan dari sektor migas," tukasnya, menegaskan.

Ia memberikan contoh Bukit Asam di Sumatera Selatan, sebagai daerah penghasil batu bara telah melakukan diversifikasi usaha yang tepat dengan membangun jaliran listrik di delapan titik, akibat dari rendahnya harga batu bara.

"Bukit asam kalau bertahan dengan batu bara akan merugi, sebab harganya rendah," ucapnya.

Dengan demikian, katanya, diversifikasi usaha yang dilakukan, juga harus tidak jauh dengan produksi migas yang dihasilkan di daerahnya, selain melakukan efisiensi di berbagai bidang, dengan turunya pendapatan dana bagi hasil (DBH) migas.

Ia juga membenarkan langkah daerah Bojonegoro yang berusaha merintis berdirinya pabrik pupuk yang juga memanfaatkan gas dari lapangan migas di daerahnya.

Tidak hanya itu, lanjut dia, adanya kesadaran para penambang sumur minyak tua di sejumlah desa di Kecamatan Kedewan, yang mulai berusaha melakukan diversifikasi usaha menjadikan daerah setempat sebagai daerah wisata. 

"Kesadaran para penambang yang menginginkan daerahnya menjadi objek wisata berarti bagus, karena ada kesadaran tidak menggantungkan pendapatan dari minyak," ucapnya, menambahkan. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016