Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah peternak lele di kampung minapolitan Desa Gondosuli, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan sulitnya mendapat air baku dalam tanah guna mengairi kolam-kolam ikan mereka saat program pembenihan maupun pembiakan awal.
    
"Sekarang lebih sulit mendapat air karena pasokan air dari sungai bawah tanah sepertinya ikut menyusut," ujar Kalil (50), peternak lele di Desa Gondosuli, Kecamatan Pakel, Tulungagung, Kamis.
    
Air dari sumber atau sungai bawah tanah memang masih bisa mereka sedot menggunakan pompa diesel, namun menurut Kalil kedalaman sumur bor yang mereka buat saat ini mencapai 40 meter lebih.
    
Akibatnya, biaya operasional untuk pengelolaan budidaya ikan lele membengkak.
    
Kendati penyediaan perangkat pompa air maupun instalasi pipa telah disediakan kelompok peternak setempat melalui kas koperasi bersama, Kalil menyebut kemarau panjang telah mempengaruhi kualitas dan kuantitas lele yang mereka hasilkan.
    
"Kalau untuk lele dewasa tidak terlalu menjadi masalah karena ikan jenis ini tidak butuh pergantian air secara periodik. Namun untuk pembiakan awal atau saat pembenihan, tentu berpengaruh karena butuh air bersih dalam jumlah banyak sesuai besaran/volume kolam," timpal Asdawi, peternak lele lainnya.
    
Budidaya ikan lele di Desa Gondosuli merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia.
    
Di kampung yang memiliki penduduk tidak lebih dari 2.000 KK ini, hampir setiap rumah memiliki kolam lele.
    
Sawah-sawah dan perkebunan bahkan telah dialihfungsi menjadi kolam lele masal yang dikelola warga secara berkelompok.
    
Program budidaya perikanan darat yang telah berlangsung bertahun-tahun itu bahkan telah mengantarkan Desa Gondosuli sebagai salah satu kampung minapolitan percontohan, bersaing ketat dengan kampung minapolitan sejenis di Boyolali serta Sulawesi.
    
Mengacu data yang dirilis Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung, volume produksi lele dari kampung minapolitan Desa Gondosuli per hari bisa mencapai 30 ton atau bahkan lebih, dengan pasar tujuan ke Semarang, Surabaya, serta beberapa kota besar lain.
    
Jika per kilogram harga ikan lele saat ini rata-rata Rp16 ribu, maka omzet atau perputaran uang dari hasil produksi lele di desa ini per hari mencapai Rp500 juta atau sekitar Rp1,5 triliun per bulan.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015