Melintasi jalur Pasir Putih di Situbondo, jangan lupa sempatkan toleh sisi kiri (dari arah Surabaya ke Banyuwangi). Sebab mata kita akan dihadapkan pada birunya laut, putihnya pasir pantai, ditambah perahu-perahu nelayan melintas.

Tepat di Desa Pasir Putih Kecamatan Bungatan Situbondo, berdiri sebuah lokasi yang menjadi unit pelaksana teknis pengembangan budidaya laut milik Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur.

Tidak jauh dari sana, berjajar perahu nelayan sandar yang siap mengantar menuju keramba-keramba yang terletak sekitar 1 kilometer dari bibir pantai.

Tidak lebih dari 10 menit perahu terombang-ambing oleh ombak. Pemandangan lebih istimewa di dapat dari sana. Selain hamparan birunya air, mata juga dimanjakan oleh pegunungan yang berjajar. Jika cuaca bersahabat, puncak gunung jelas terlihat dan memancarkan pesonanya.

Keramba yang mengapung itu berada di tengah-tengah antara Kepulauan Madura, Kabupaten Probolinggo serta Kabupaten Banyuwangi.

Ditambah lagi lokasinya dekat dengan Bali, yang merupakan salah satu tujuan pemasaran bagi komoditas-komoditas hasil budi daya.

Sampai di keramba jaring apung, ikan-ikan kerapu berbagai ukuran menyapa. Mulai yang kecil sampai ukuran besar ada di sana.

"Coba ini diberi pakan, ikan akan semakin terlihat dan berebut," ujar Adi, salah satu nelayan sekaligus penjaga keramba.

Tanpa pikir panjang, salah seorang wisatawan, Selvy, langsung mengambil pakan dan menebarkannya ke keramba yang diisi ikan kerapa berbagai ukuran.

"Ikannya besar-besar ya. Paling suka lihat budidaya ikan seperti ini," ucap gadis yang akrab disapa Neng Selvy itu.

Meski berdiri di antara papan yang berukuran lebarnya tak sampai 50 cm dan terapung-apung, ditambah menyengatnya sang mentari, namun perempuan asal Mojokerto tersebut menikmatinya.

"Mas, boleh saya memberi makan ikan lainnya. Itu sepertinya ada ikan bawal," ujarnya, sembari berjalan menuju petak keramba berisi ratusan ikan bawal.

Selain memberi pakan, Neng Selvy yang datang bersama beberapa rekannya itu mencoba melihat dari dekat bentuk ikan kerapu, yang termasuk jenis ikan predator.

Tanpa pikir panjang, sang nelayan, Adi mengajak rekannya menarik jaring ke atas secara perlahan. Ikan-ikan kerapu itupun berlompatan, seolah enggan terangkat karena kehilangan air.

"Tidak bisa lama-lama ya, kasihan ikannya kekurangan air," kata Adi yang kemudian memanggil Selvy beserta rekannya untuk mendekat.

"Pegang tidak apa-apa, tapi jangan lama-lama," ucap Adi sembari mengangkat ikan menggunakan dua telapak tangannya, kemudian mengulurkan tangannya ke Selvy yang berdiri dengan wajah ketakutan hingga terlihat jelas alis terangkat dan bibirnya tersungging.

"Ndak jadi mas, takut. Masukkan lagi mas," jawabnya dan melangkahkan kakinya mundur karena batal memegang si kerapu.

"Tapi sebentar mas, saya foto dulu ikannya. Jarang-jarang lihat ikan kerapu hidup. Sangar ya ikannya. Mirip Mas Antok," ucapnya sambil tertawa sembari menunjuk rekannya bernama Antok yang memang memiliki tubuh besar dan berwajah garang.

Tidak hanya melihat kerapu dan bawal, di atas keramba juga diperlihatkan benih ikan-ikan berbagai jenis. Indukan kerapu berukuran sampai kaki orang dewasa juga terlihat, meski tidak terlalu jelas karena berada di kedalaman.

Tidak lupa juga meihat budidaya lobster, yakni sebuah udang berukuran raksasa yang biasanya hanya diketahui saat akan disantap di rumah makan "sea food" yang tentu harganya di atas rata-rata ikan laut lainnya.

"Terima kasih mas-mas nelayan. Kapan-kapan kami bisa mampir lagi. Sebuah wisata singkat yang menyenangkan karena bisa tahu beberapa jenis ikan," kata Selvy berpamitan mewakili rekan-rekannya.

Bagi anda yang kebetulan melintas, baik ke arah Banyuwangi dan sebaliknya, silakan berhenti sejenak melihat budi daya ikan di sana.

Bagi penggemar makan ikan laut, sangat disayangkan jika tidak membeli ikan yang pastinya masih segar-segar.

Terlebih jika anda pemilik warung atau rumah makan "sea food", tak ada salahnya membeli langsung dari nelayan di sana dalam jumlah besar. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015