Surabaya (Antara Jatim) - Keturunan Ketua Umum PBNU periode pertama (1926-1928) Hasan Sagipodin (Hasan Gipo) meminta perhatian PBNU, terutama menjelang Muktamar Ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, 1-5 Agustus 2015.
     
"Kami minta perhatian bukan untuk kepentingan kami tapi agar jangan sampai sejarah Hasan Gipo diabaikan," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Keturunan Sagipodin (IKSA) Abd Wahid Zain di Surabaya, Minggu.
     
Di sela Halalbihalal IKSA yang dihadiri 700-an keturunan Hasan Gipo dari Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan, Jakarta, dan sebagainya itu, ia meminta perhatian pada sejarah tokoh NU yang satu hendaknya tidak mengabaikan sejarah tokoh NU yang lain.
     
"Terus terang, PBNU selama ini kurang memperhatikan Hasan Gipo, padahal Hasan Gipo sangat berperan dalam sejarah awal berdirinya NU. Hasan Gipo adalah 'presiden' PBNU yang berjuang dengan pemikiran, tenaga, dan juga dana untuk NU," katanya.
     
Menurut dia, pihaknya merasakan mulai ada perhatian dari tokoh NU itu pada tahun 2011 ketika pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah), menelusuri sejarah keturunan Hasan Gipo di Mojokerto.
     
"Saat itu, saya sempat dipanggil pengurus IKSA perwakilan Mojokerto untuk bertemu Gus Sholah dan memberi keterangan tentang keturunan Hasan Gipo saat ini, tapi sayang sekali perhatian serupa belum datang dari PBNU. Dulu, saya sempat memberikan nomer kontak kepada Gus Sholah," katanya.
     
Oleh karena itu, pihaknya berharap Muktamar Ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur akan menjadi momentum untuk memberikan perhatian kepada Hasan Gipo dan keturunannya, sehingga sejarah Hasan Gipo dengan NU tidak terputus.
     
"Kami tidak minta untuk menjadi pengurus NU, tapi bisa saja ada keturunan Hasan Gipo yang dilibatkan dalam A'wan (Dewan Pakar) di lingkungan NU agar sejarah Hasan Gipo dengan NU bisa terhubung kembali," katanya.
     
Selain itu, PBNU bisa membantu IKSA melalui Lembaga Wakaf NU untuk mengurus sejumlah aset Hasan Gipo, di antaranya Surau Gipo di Jalan Kalimas Udik, Surabaya; tanah di Kuburan Rangkah, Surabaya; dan sebagainya.
     
"Paling tidak, kami berharap PBNU bisa membantu kami dalam mengurus aset-aset Hasan Gipo itu agar kepengurusan IKSA yang selama ini mengandalkan iuran anggota akan dapat berkembang lebih maksimal lagi," katanya.
     
Sementara itu, Ketua Panitia Halalbihalal IKSA 2015, Ahmad Fahruddin, menegaskan bahwa pihaknya selama ini hanya mampu menggelar kegiatan Halalbihalal untuk menyambung hubungan kekeluargaan di antara keturunan Hasan Gipo.
     
"Padahal, kami ingin bisa berbuat maksimal dengan mengembangkan IKSA untuk kepentingan anggota, misalnya membantu pendidikan anak-anak keturunan Hasan Gipo yang tidak mampu dan memberdayaan perekonomian keturunan Hasan Gipo yang miskin," katanya.(*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015