Surabaya (Antara Jatim) - Menjadi yang terbaik dalam melindungi dan meningkatkan kesejahteraan keuangan masyarakat di Indonesia menjadi visi Commonwealth Life sebagai anak perusahaan Commonwealth Bank of Australia (CBA). Untuk merealisasi cita-cita itulah, Commonwealth Life dengan kantor pusat di Jakarta tak segan membangun jaringannya di seluruh penjuru Nusantara. Sampai saat ini, perusahaan dengan penghimpunan aset mencapai Rp6,9 triliun hingga tahun 2014 telah beroperasi di 33 kantor pemasaran atau berada di lebih 22 kota besar di Indonesia. Dengan penguasaan pasar asuransi di Tanah Air, sebanyak 600.000 nasabah individu dan kumpulan menjadi penunjang kinerjanya selama menjalankan bisnisnya. Performa itu sekaligus didukung oleh kerja keras 10.000 tenaga penjualan yang tak henti mengedukasi masyarakat di Indonesia. Salah satunya, seorang guru SMA di Surabaya yang sudah bertahun-tahun memanfaatkan program perlindungan dan investasi pendidikan di Commonwealth Life. Dengan menanamkan dananya di produk tersebut, kini pahlawan tanpa tanda jasa nansederhana itu tidak lagi kebingungan mencari dana untuk membayar biaya sekolah anaknya pada tahun ini. "Tahu sendiri ya Mbak, biaya sekolah di Surabaya mahal. Kalau tidak dibantu dengan program seperti ini jelas saya tak mampu menyekolahkan anak di sekolah favorit," kata Guru SMA Muhammadiyah 2 Surabaya Mas'adfachir, ditemui saat pembukaan kantor baru Commonwealth Life di Jalan Raya Darmo Surabaya. Meski tidak banyak menceritakan pengalamannya saat menggunakan produk asuransi dan investasi pendidikan yang dikeluarkan perusahaan dengan warna dominan kuning tersebut, wanita berparas cantik yang biasa disapa Fachir itu berani menjamin bahwa apa yang dimanfaatkannya selama ini sangat berguna. Seperti untuk masa depan anak-anaknya hingga mempererat hubungan anak dan orang tua. Hal serupa dikemukakan, Presiden Direktur Commonwealth Life Simon Bennet. Ia menyatakan, melalui program yang memadukan asuransi jiwa dan investasi secara fleksibel maka produk bernama Investra itu memang dihadirkan untuk ketenangan masyarakat. Apalagi ditawarkan dengan metode pembayaran premi tunggal. Dengan demikian, Investra tidak hanya berdampak positif terhadap perwujudan rencana berbagai tujuan masa depan anak Indonesia. Akan tetapi termasuk persiapan pendidikan anak yang gemilang dan persiapan masa pensiun yang sejahtera. Di samping itu, akumulasi pertumbuhannya bisa melindungi kekayaan masyarakat. Pada metode pembayaran premi tunggal, pelaku bisnis asuransi itu juga memiliki program lain seperti Investra Platinum. Kehadiran program itu mampu menjadi solusi investasi tersendiri karena dilengkapi perlindungan asuransi dalam satu paket. Bahkan, dana yang diinvestasikan sejak hari pertama polis masyarakat aktif maka bisa langsung cepat berkembang. "Dengan potensi hasil investasi yang optimal, jenis investasi ini dapat dipilih sesuai tujuan dan profil risiko masing-masing pemegang polis," tuturnya. Kemudian, ada pula Investra Platinum dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Program itu merupakan solusi investasi yang dilengkapi perlindungan asuransi. Salah satunya, investasi yang ditanamkan dalam mata uang dolar AS dan dikelola oleh Manajer Investasi akan memberikan imbal hasil yang optimal. Seperti halnya produk sebelumnya, program itu membuat dana masyarakat memiliki potensi lebih cepat berkembang karena diinvestasikan sejak hari pertama polis aktif. Sementara itu, guna mewujudkan komitmennya untuk memaksimalkan fleksibilitas produk unggulan saat ini terutama terhadap kebutuhan pasar asuransi perusahaan tersebut menyediakan fasilitas Inflation Link. "Upaya itu menjadi fasilitas utama kami sehingga memungkinkan masyarakat menjaga nilai uang pertanggungan dari kenaikan inflasi," ucapnya. Perluasan Bisnis Untuk memperkuat fokus perusahaan sekaligus memperluas lini bisnis di Kawasan Indonesia Timur, perusahaan asuransi yang mencatatkan pendapatan premi naik signifikan setiap tahunnya dari tahun 2009 senilai Rp699,741 miliar hingga menjadi Rp1,829 triliun pada tahun 2013, pada tanggal 6 Februari 2015 membuka kantor baru di Jalan Raya Darmo Nomor 85 Surabaya. Lalu, seiring dengan tingginya pertumbuhan bisnis dan besarnya potensi pertumbuhan ekonomi di Kota Pahlawan, jika sebelumnya perusahaan itu sudah memiliki dua kantor pemasaran di Surabaya yaitu berlokasi di Galaxy dan Bubutan maka perseroan memutuskan memindahkannya di kantor baru. Pilihan lokasi di tengah kota sengaja dilakukan supaya para nasabah dan mitra bisnis memperoleh akses lebih mudah. Peresmian kantor baru yang dilengkapi fasilitas terkini itu sekaligus bertujuan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan memudahkan para nasabah serta agen. Selain itu, Surabaya menjadi pilihannya karena merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dengan angka pertumbuhan populasi tertinggi di Tanah Air. Berdasarkan situs resmi Kota Surabaya, yakni www.surabaya.go.id hingga saat ini, Ibu Kota Provinsi Jawa Timur itu memiliki penduduk mencapai 3,1 juta jiwa. Daerah yang terkenal dengan aneka makanan khas seperti Rujak Cingur itu juga mempunyai pertumbuhan ekonomi yang dinamis. "Kantor baru ini adalah langkah penting bagi masa depan peningkatan dan penyaluran bisnis di Surabaya maupun ke penjuru Nusantara. Kami harap kantor pemasaran ini menjadi pusat pelatihan penting bagi perusahaan di wilayah Indonesia Timur," ujar Bennett. Pada tahun 2015, perusahaan yang menargetkan peningkatan premi sebesar 15 persen di Indonesia berencana menekan program rekrutmen dan pengembangan. Tentunya juga untuk melayani lebih banyak nasabah. Untuk di Surabaya, Commonwealth Life juga menempatkan fokus dalam pengembangan kanal bisnis agensi. Keyakinan itu dikarenakan pihaknya sangat optimistis terhadap masa depan pertumbuhan bisnis di sektor asuransi jiwa Indonesia. Salah satunya melalui peningkatan kesadaran berasuransi. Di samping itu juga dipicu faktor pengembangan produk dan komitmennya melayani kebutuhan proteksi, tabungan nasabah, serta peningkatan literasi keuangan. Untuk itu, Commonwealth Life juga meminta pemerintah meningkatkan kesadaran masyarakat berasuransi. Segmen utama yang dibidik adalah kalangan menengah bawah karena besarnya potensi pasar tersebut pada saat ini walaupun hingga kini memang asuransi mikro sudah mulai dilirik perusahaan asuransi. "Akan tetapi sangat disayangkan mengingat asuransi yang menyasar kalangan bawah terutama pelaku usaha kecil menengah (UMKM) ini kurang berkembang maksimal," kata Alternative Distribution Channel Director Commonwealth Life, Pieter Wattimena. Penyebab belum berkembangnya asuransi mikro ini disebabkan belum ada regulasi yang tegas tentang kepesertaan dari pemerintah. Padahal semua perusahaan asuransi mayoritas sudah mengeluarkan produk ini. Oleh karena itu, sekarang hanya perlu bagaimana pemerintah untuk membuka pintu agar masyarakat yang menjadi sasaran asuransi ini bisa sadar sebagai salah satu pemegang premi asuransi mikro. Pieter menjelaskan, sampai sekarang kontribusi asuransi mikro terhadap total produk asuransi lainnya hanya satu persen. Padahal, manfaat yang diperoleh pemegang premi asuransi ini cukup besar dan dari sisi premi maka asuransi mikro sangat terjangkau bagi masyarakat. "Kalau di perusahaan ini, premi untuk asuransi mikro kami siapkan hanya senilai Rp50 ribu per tahun," katanya. Meski begitu, sebut dia, bagi pemilik asuransi mikro salah satu manfaatnya jikalau meninggal bisa mendapatkan santunan Rp50 juta per pemegang polis. Berikutnya, apabila masing-masing pemegang polis mengalami kecelakaan bisa melakukan klaim hingga Rp1,5 juta. Hadapi MEA Walau begitu, dengan banyaknya jumlah pelaku industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia terutama menjelang masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang diberlakukan Desember 2015 maka potensi asuransi mikro ini sangatlah besar. Masih dikatakan Pieter, idealnya pemerintah segera melakukan sesuatu dalam waktu dekat agar asuransi mikro bisa berjalan maksimal dan dioptimalkan pasar di segmentasi tersebut. Selain membidik kalangan menengah bawah dan memperluas pasar hingga Indonesia Timur, berbagai langkah bisnis itu diupayakan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan premi tahun 2015 hingga 15 persen dibandingkan pada 2014 di mana membukukan angka Rp1,7 triliun. Sementara itu, melihat besarnya potensi asuransi mikro di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen membantu masyarakat berpenghasilan rendah bisa memiliki asuransi melalui program pengembangan pasar asuransi mikro. Faktor penyebabnya, mayoritas masyarakat berpenghasilan rendah masih beranggapan produk asuransi sulit dimengerti, susah diperoleh, mahal, serta lama proses pengurusan klaimnya. Direktur Industri Keuangan Non Bank Syariah OJK, Moch Muchlasin, menyatakan, hal itu bisa disikapi dengan menyediakan produk asuransi mikro yang memiliki karakteristik sederhana, mudah, ekonomis, dan segera (SMES). Untuk merealisasinya OJK menggandeng beberapa asosiasi asuransi di antaranya Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) guna mengembangkan asuransi mikro. Ia optimistis, hal tersebut meningkatkan akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap produk asuransi. Apalagi, sampai sekarang tingkat penggunaan produk asuransi oleh masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah sangat minim. Di sisi lain, hal itu ikut dipengaruhi oleh ketersediaan produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan segmen masyarakat tersebut serta tingkat pemahaman mereka tentang asuransi. Pada masa mendatang, program pengembangan asuransi mikro diyakini bisa menjadi salah satu pilar peningkatan akses masyarakat terhadap produk keuangan (financial inclusion). Bahkan, OJK juga mengimbau seluruh perusahaan asuransi di Indonesia untuk berani menghadapi pasar bebas dan MEA 2015. Apalagi, perusahaan asuransi di ASEAN yang akan masuk ke Indonesia diwajibkan mengadopsi tarif yang diberlakukan OJK. Mereka juga tidak akan berani menggunakan tarif luar saat masuk ke pasar asuransi Indonesia. "Mereka tahu profil risikonya berbeda antara di negara mereka dan di Indonesia. Jika memaksa memakai tarif dan perhitungan mereka sendiri memang awalnya bisa meraup untung tapi kalau terjadi klaim, mereka akan rugi lebih besar," tukasnya. Untuk itu mulai tahun ini OJK sudah menerapkan tarif premi untuk asuransi kendaraan bermotor dan asuransi harta benda. Kemudian, tarif premi untuk jenis risiko khusus meliputi banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan bencana tsunami seiring data di masing-masing sektor itu yang sudah tercatat dan terekam secara komprehensif. "Contoh di bidang asuransi lain seperti marine hull justru belum ada penetapan tarif karena keterbatasan informasi yang masuk. Tapi, asuransi kendaraan bermotor dan properti berkontribusi paling banyak terhadap premi perusahaan asuransi secara nasional atau jumlahnya bisa 60 persen untuk kedua sektor tersebut sehingga kami baru fokus mengatur tarifnya," paparnya. Pengaturan tarif premi juga mulai dilakukan OJK setelah melihat fenomena di industri asuransi dalam negeri yang sudah terjadi perang tarif. Akibatnya, kini muncul persaingan usaha di sektor asuransi yang bisa dikatakan tidak sehat. Oleh sebab itu, untuk tarif premi OJK berkomitmen akan terus mengevaluasinya sehingga menemukan formula yang tepat. Dengan demikian, hasil dari formula itu tidak hanya menguntungkan baik bagi perusahaan asuransi, pialang tetapi juga bermanfaat untuk masyarakat sebagai pemegang polis. Secara umum, walaupun kebijakan demi kebijakan pemerintah yang didukung pelaku bisnis asuransi itu laiknya bayi yang baru belajar melangkah tetapi segala risiko harus dihadapi supaya industri asuransi nasional berkembang dan tetap menjalankan tugasnya melindungi rakyat.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015