Bojonegoro (Antara Jatim) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan stok air waduk di Bojonegoro dan Lamongan, menipis, sehingga hanya mencukupi untuk kebutuhan tanaman palawija.
"Kalau ada petani yang menanam tanaman padi sudah bukan tanggung jawab kami, sebab sebelum masuk kemarau para petani sudah diminta membuat surat pernyataan agar tidak menanam padi," kata Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, Kamis.
Oleh karena itu, menurut dia, kalau masih ada tanaman padi di musim kemarau di dua kabupaten di wilayah kerjanya itu yang mengalami kekeringan, karena kesulitan mendapatkan air irigasi, maka harus menjadi tanggung jawab petani masing-masing.
"Biasanya di daerah tertentu ada petani yang tetap nekad menanam padi dengan perhitungan spekulasi," ujarnya.
Ia menyebutkan Waduk Pacal di Kecamatan Temayang, yang mampu menampung air hujan sekiar 23 juta meter kubik, saat ini ketinggian air pada papan duga 104,55 meter atau 2,1 juta meter kubik, tetapi air efektif yang bisa dikeluarkan sekitar 1,637 juta meter kubik.
"Air yang harus disisakan di Waduk Gondang untuk mengamankan bangunan waduk agar tetap basah, ya setidaknya sekitar 600 ribu meter kubik," katanya, menegaskan.
Sementara itu, Waduk Gondang di Gondonglor, Kecamatan Sugiyo, Lamongan, ketinggian air pada papan duga 29,13 meter atau 3,637 juta meter kubik.
Namun, menurut dia, stok air yang masih tersisa di Waduk Gondang yang mampu menampung air hujan sekitar 26 juta meter kubik, saat ini yang bisa dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air irigasi pertanian hanya tersisa sebesar 1,6 juta meter kubik.
"Air yang harus disisakan di Waduk Gondang untuk melakukan pembasahan sekitar 2 juta meter kubik, sebab wilayahnya luas," jelasnya.
Yang jelas, katanya, dua waduk yang menjadi andalan irigasi pertanian di dua kabupaten itu, sudah tidak dikeluarkan lagi, karena panen tanaman padi musim kemarau di daerah setempat sudah selesai.
"Kalau saja ada petani yang mengajukan permintaan air hanya untuk tanaman palawija bukan tanaman padi," katanya, menegaskan.
Ia menambahkan Waduk Prijetan di Desa Kedungpring, Kecamatan Kedungpring, Lamongan, airnya juga hanya tersisa sekitar 400 ribu meter kubik, sehingga sudah tidak bisa lagi untuk memenuhi kebutuhan areal pertanian.
"Kalau air waduk kecil-kecil di Bojonegoro, seperti Waduk Leran I dan II, airnya sudah habis," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014