Trenggalek (Antara Jatim) - Pertamina berencana menambah jatah/kuota solar bersubsidi secara bertahap di Stasiun Pengisian Diesel Nelayan (SPDN) Pelabuhan Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, demi mengantisipasi kelangkaan bahan bakar untuk operasional kapal-kapal nelayan tersebut menjelang musim panen ikan.
Asistant Manager External Relation PT Pertamina Marketing Operation Region V, Heppy Wulansari, Sabtu mengungkapkan, khusus untuk SPDN Pelabuhan Prigi pihaknya memproyeksikan penambahan pasokan solar hingga kisaran 33 persen.
"Penambahan dilakukan bertahap, mulai 13 persen pada bulan April ini hingga 160 persen pada bulan Juni yang diperkirakan menjadi puncak musim panen ikan nelayan," terang Heppy, menanggapi potensi kelangkaan solar di Pelabuhan Prigi, Trenggalek sebagaimana berita Antara, sehari sebelumnya.
Ia menegaskan, proyeksi penambahan kuota atau pasokan solar bersubsidi telah disesuaikan dengan kebutuhan nelayan, yang diajukan kelompok dan mendapat persetujuan dari dinas kelautan dan perikanan (DKP) setempat.
Jika pada periode Januari-Maret Pertamina Region V hanya memasok jatah solar sebanyak 120 ribu liter per bulan, pada April ini kuota sebulan ditambah menjadi 136 ribu liter (bertambah 13 persen).
Penambahan jatah solar bersubsidi kembali dilakukan pada Mei menjadi 144 ribu liter, dan Juni sebanyak 160 ribu liter (33 persen), menyesuaikan estimasi peningkatan kebutuhan solar nelayan selama musim panen ikan.
"Penambahan akan terus dilakukan selama musim melaut dan volume alokasi dikoordinasikan dengan SPDN per tiga bulan," kata Heppy.
Dijelaskan, kebijakan alokasi untuk SPDN selama ini memang menyesuaikan musim.
Pada periode Januari-Maret, misalnya, tidak banyak nelayan yg melaut sehingga alokasi juga tidak besar.
Sementara pada periode April hingga September merupakan masa melaut sehingga alokasi otomatis akan diberi tambahan lebih besar.
Ditegaskan, sejauh ini tidak ada kelangkaan solar nelayan di Pelabuhan Trenggalek.
Diakuinya pada akhir Maret sempat terjadi lonjakan konsumsi BBM karena nelayan bersamaan melaut dan hal tersebut kurang diantisipasi oleh pihak SPDN.
"Namun untuk saat ini kondisi sudah normal dan SPDN sudah diberi tambahan alokasi untuk memenuhi kebutuhan nelayan," ujarnya.
Heppy mengklaim data transaksi pembelian solar di SPDN Pelabuhan Prigi pada Jumat (4/4) yang hanya 5.500 ribu liter dari persediaan di dalam tangki sebanyak 10 ribuan liter, sebagai bukti tidak adanya permintaan solar secara masif.
Namun keterangan ini sedikit bertolak belakang dengan fakta lapangan berdasar pantauan Antara, dimana antrian pembelian solar meluber hingga ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Prigi yang jaraknya sekitar 500-an meter dari pelabuhan.
Meski belum sampai menyebabkan kelangkaan, antrian solar tersebut mengindikasikan meningkatnya kebutuhan solar oleh para nelayan yang bisa memicu kelangkaan BBM bersubsidi tersebut seiring segera datangnya musim panen ikan.
Beberapa nelayan maupun petugas SPBU dan SPBN mengisyaratkan persediaan solar di dua tempat tersebut tetap tidak akan bisa mencukupi kebutuhan BBM (bersubsidi) nelayan yang dalam sehari bisa mencapai 450 ribu liter, dengan asumsi musim ikan dan 270 kapal slerek dioperasikan untuk melaut.
"Satu kapal jenis slerek untuk sekali melaut untuk wilayah sekitar Teluk Prigi saja minimal butuh 10 jeriken solar isian 33 liter (330 liter. Kebutuhannya (solar) biasnya lebih besar jika melaut sampai (perairan) Sendang Biru, selatan Kabupaten Malang. Bisa sampai 18 jeriken atau sekitar 600-an liter sekali berlayar," kata Ahmadi, salah satu nelayan yang mengantri solar di SPBU Prigi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014