Surabaya (Antara Jatim) - Pascaerupsi Gunung Kelud (1.731 mdpl) yang berada di perbatasan tiga kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kediri, Blitar dan Malang, kini memasuki masa pemulihan, baik rehabilitasi, rekonstruksi rumah dan infrastruktur maupun lahan pertanian. Kabupaten Blitar, merupakan daerah yang paling sedikit atau nisbi kecil dalam terdampak erupsi Kelud (13/2), sedangkan Malang (khusunya Ngantang) serta Kediri cukup parah terdampak, sehingga tidak heran bila masa pemulihan di Blitar lebih duluan selesai. Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menyampaikan program rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga yang rusak akibat erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Blitar telah selesai. "Khusus Blitar, sebagian besar sudah tuntas karena memang skalanya tidak seperti daerah lainnya," ujarnya di sela-sela pembukaan "Forum 3 R" Lingkungan Hidup di Surabaya (25/2). Berdasarkan data dari Posko Induk Penanggulangan Bencana Gunung Kelud di Gedung Negara Grahadi akhir pekan lalu, rekonstruksi bangunan warga yang dilakukan prajurit TNI di Blitar meliputi 305 rumah rusak berat, 101 rusak sedang, dan delapan rumah rusak ringan. Secara total, dari Kediri, Malang, dan Blitar, ada sekitar 8.615 rumah yang rusak. Status rumah rusak itu dikategorikan menjadi tiga kelompok. Rinciannya, rumah rusak ringan ada 2.227 unit, rusak sedang 2.093 unit, dan rusak berat 4.295 unit. "Rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga dimotori oleh prajurit TNI. Mereka bergotong royong bersama warga dan relawan, sehingga proses perbaikan berlangsung cepat. Ini yang wajib diapresiasi," kata dia. Untuk daerah lain, hingga saat ini masih dilakukan upaya perbaikan. Semua pihak yang terkait, baik dari TNI, Polri, BNPB, Pemprov hingga pemerintah daerah setempat terus bekerja dan berusaha menyelesaikannya sesuai target. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengungkapkan target penyelesaian rekonstruksi dan rehabilitasi rumah korban Kelud secepat-cepatnya seminggu dan paling lambat sebulan. Hanya saja, Gubernur Jawa Timur Soekarwo menargetkan dalam waktu dua minggu semua rumah milik warga sudah bisa ditempati. "Kami butuh bantuan doa agar bisa menyelesaikannya paling lambat 8 Maret. Tapi namanya target, tetap bisa tepat dan tidak. Namun, kami optimistis sudah selesai sebelum target," ujar wakil gubernur yang akrab disapa Gus Ipul tersebut. Terkait bantuan logistik kepada pengungsi, ia mengaku berlebih. Hanya saja, semua tetap akan disalurkan sesuai kebutuhan. Apalagi, lanjut dia, masih banyak yang memberikan atau menyumbangkan untuk korban erupsi Gunung Kelud. "Salah satu contohnya bantuan dari Kota Depok yang diberikan langsung oleh Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail. Kami sangat berterima kasih kasih," kata mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal tersebut. Di tempat yang sama Nur Mahmudi Ismail mengaku bantuan tersebut dari masyarakat Depok untuk rehabilitasi bangunan di Kecamatan Puncu, Kediri, karena termasuk daerah yang cukup parah terkena dampaknya. "Meski nilainya hanya Rp100 juta, namun kami harap bisa membantu. Dana itu nantinya akan digunakan membangun kembali SD Puncu yang tidak bisa digunakan dengan harapan agar anak-anak bisa segera bersekolah lagi," ujarnya. Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang berada di Kediri meminta agar perbaikan rumah warga yang terkena erupsi Gunung Kelud secepatnya dilakukan, tidak harus menunggu data verifikasi dari Universitas Brawijaya (UB). "Kami sudah konsolidasi, dan kami ambil keputusan mulai pendataan," kata Gubernur ditemui saat datang ke kantor Balai Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Selasa. Ia mengatakan perbaikan langsung dilakukan di tiga daerah yang terdampak yaitu di Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang. Pihaknya menyebut perbaikan awalnya akan dilakukan Senin awal pekan lalu, nyatanya sebelum itu, dua hari sebelumnya sudah mulai diperbaiki. Saat ini, perbaikan rumah yang rusak akibat erupsi Gunung Kelud terutama di Kabupaten Blitar sudah selesai, dan tinggal di dua daerah yaitu Malang dan Kediri. Ia juga menyebut tim UB juga terus melakukan verifikasi kerusakan bangunan akibat erupsi Gunung Kelud tersebut. Namun, ia berharap, perbaikan tidak harus menunggu sampai data kerusakan lengkap, melainkan sudah mulai bisa dilakukan. Di daerah, ia meminta agar dari kepala desa, Babinkamtibmas, serta Babinsa juga ikut terlibat. Mereka mengetahui persis rumah warga yang rusak akibat musibah erupsi Gunung Kelud tersebut. Ia juga menegaskan, untuk perbaikan rumah warga yang rusak ditanggung sepenuhnya dari pemprov yang diambilkan dari dana APBD 2014, sebesar Rp100 miliar. Saat ini, sudah dikucurkan untuk dana awal sampai Rp10 miliar dan sisanya dalam proses. Bantuan itu juga tidak diberupakan uang melainkan materiil bahan bangunan. "Fisik oleh provinsi dan sudah mengucur Rp10 miliar. Ini mendahului (Privilege) belanja, jika kurang pun kami minta ke DPRD," ucapnya. Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Kediri meminta agar perbaikan rumah warga yang rusak akibat erupsi Gunung Kelud tidak tumpang tindih dengan program perbaikan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jatim. Data rumah serta fasilitas umum yang rusak di Kabupaten Kediri akibat erupsi Gunung Kelud sekitar 17 ribu yang tersebar di empat kecamatan terdampak yaitu Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang. Data itu lebih banyak daripada data yang ada di Pemprov Jatim yang hanya 4.419 bangunan yang rusak. Gunung Kelud mengalami erupsi, setelah sebelumnya terjadi gempa tremor sampai enam jam. Gunung itu dinyatakan erupsi pada pukul 22.56 WIB, setelah statusnya naik dari semula siaga menjadi awas. Perubahan status Gunung Kelud relatif sangat cepat, dari sebelumnya aktif normal berubah menjadi waspada pada Minggu (2/2), dan berubah lagi menjadi siaga pada Senin (10/2) pukul 16.00 WIB, dan pada Kamis (13/2) pukul 21.15 WIB berubah statusnya menjadi awas. Gunung itu pernah meletus sampai 25 kali, rentang 1000 sampai tahun 2007, dengan puluhan ribu korban jiwa, maupun materiil. Gunung tersebut meletus terakhir pada 2007, tapi secara "efusif" atau tertahan. Akibat erupsi Kamis tersebut, ribuan bangunan dan rumah mengalami kerusakan. Begitu juga dengan hektaran lahan pertanian gagal panen, serta berbagai kerugian lainnya. Bantuan bibit Sisi lain, Pemerintah Kabupaten Kediri mengirimkan bantuan bibit tanaman pada kelompok tani sebagai upaya agar warga yang menjadi korban erupsi Gunung Kelud bisa kembali mendapatkan penghasilan. "Kami sudah musyawarah jenisnya (bibit) dan akan didistribusikan ke kelompok tani," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kediri Widodo Imam Santoso. Ia mengatakan, saat ini sudah tersedia sejumlah bibit tanaman terutama jenis sayur, seperti sawi, kacang panjang, buncis, dan bibit jenis lainnya. Bibit itu dinilai cocok diberikan ke warga korban erupsi, karena masa tanamnya yang relatif lebih singkat. Warga bisa segera menjual hasil tanamannnya ke pasar dan tidak memerlukan modal yang besar. Pihaknya juga menyebut, akan menyediakan sejumlah bibit tanaman lain seperti jagung dan cabai. Namun, untuk cabai masih dianjurkan agar tidak ditanam terlebih dahulu, khawatir air tidak mencukupi. Kemarau hanya tinggal dalam hitungan hari, dan sejumlah sumber air pun sampai saat ini masih ada yang tersumbat pasir pascaerupsi Gunung Kelud pada pertengahan Februari lalu. Untuk bibit cabai tersedia 4 ton serta jagung mencapai 53 ton. Saat ini, juga sudah ada kesanggupan dari produsen bibit di Kediri untuk menyediakan bibit tersebut. Pihaknya menyebut, distribusi itu akan dilakukan di empat kecamatan yang terdampak, yaitu Kecamatan Ngancar, Plosoklaten, Kepung, dan Puncu. Namun, unutk saat ini permintaan yang besar justru dari dua kecamatan yaitu Kepung dan Puncu. Widodo mengatakan, pemerintah sudah mempunyai beberapa rencana untuk program bagi para petani pascaerupsi Gunung Kelud, yaitu program jangka pendek, menengah, dan panjang. Untuk jangka pendek, memang dianjurkan agar para petani menanam sayuran, agar mereka segera mendapatkan penghasilan. Mereka juga bisa mengganti kerugian akibat gagal panen pada tanaman sebelumnya. Ia juga berharap, petani bisa menerapkan program tumpang sari ketika bercocok tanam, agar mendapakan hasil pertanian yang lebih beragam dan banyak. Masih di Kediri, Psikolog Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto menghibur anak-anak korban erupsi Gunung Kelud. Hal itu seperti terlihat di SDN Satak I Desa Satak, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Ia menghibur anak-anak dengan atraksi sulapnya. Kak Seto mengatakan, terapi itu penting dilakukan, agar mereka bisa kembali ceria seperti sebelum musibah bencana alam terjadi. "Mereka adalah masa depan dan mereka harus tersenyum," tuturnya. Ia juga berharap, terapi agar membuat psikologi mereka kembali ceria juga bisa dilanjutkan oleh tim psikolog dari pemkab. Sejumlah anak-anak merasa senang dengan kehadiran Kak Seto. Salah satunya diungkapkan oleh Sinta. Ia merasa terhibur dengan atraksi sulap yang dibawakan Kak Seto. "Senang bisa melihat atraksi sulapnya," ucapnya singkat. Kedatangan Seto Mulyadi dalam program "trauma healing" yang diselenggarakan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang bertajuk "Kumpul Ceria", guna memulihkan serta mengembalikan psikologi anak-anak agar kembali ceria pascaerupsi Gunung Kelud. Sejumlah lokasi didatangi, di antaranya di sekolah serta balai desa, dengan tetap melibatkan anak-anak sebagai peserta utama. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014