Malang (Antara Jatim) - Polres Malang, Jawa Timur, dalam waktu dekat mendatangkan ahli telematika untuk memastikan apakah foto-foto kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus di Institut Teknologi Nasional Malang yang diunggah di media sosial itu asli atau hanya rekayasa. Kasat Reskrim Polres Malang Ajun Komisaris Polisi (AKP) Moch Aldy Sulaeman di Malang, Rabu, mengakui foto-foto kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek) mahasiswa baru (maba) ITN yang menewaskan seorang maba yang dimiliki kepolisian itu merupakan hasil dari mengunduh di media sosial. "Untuk membuktikan apakah foto-foto itu asli atau rekayasa, kami akan mendatangkan ahli telematika agar semua jelas dan ada kepastian penyebab kematian maba yang bernama Fikri itu," tegasnya. Apalagi, lanjutnya, keluarga korban juga tidak mau jenazah Fikri yang pada saat kejadian (pertengahan Oktober) 2013 juga di bawa ke RSSA Malang itu diotopsi. Padahal, otopsi ini penting untuk mengetahui penyebab kematian sebenarnya. Karena keluarga tidak menginginkan adanya otopsi, kata Aldy, maka penyebab kematian korban sampai sekarang tidak diketahui. Oleh karena itu, katanya, selain mendatangkan ahli telematika, pihaknya juga akan memanggil saksi-saksi, termasuk panitia Ospek untuk dimintai keterangan. Mereka akan dilindungi seluruhnya dari ancaman maupun tekanan dari pihak tertentu. Jika ada pih ak-pihak yang melakukan ancaman dan membahayakan para saksi, tegasnya, harap segera melapor ke kepolisian dan kepolisian ak an memberikan perlindungan sepenuhnya. untuk melakukan penyelidikan lebih dalam lagi, ujarnya, pihaknya sudah membentuk tim khusus untuk menangani kasus tersebut. Sementara itu keluarga Fikri Dolasmantya Surya (20), warga Jalan Sakura 04 No 117, Mataram, NTB, Rabu (11/12) diam-diam juga telah mendatangi Polres Malang yang ditemui oleh Kasubag Humas AKP Ni Nyoman Elfiandani. Menurut Ni Nyoman, keluarga Fikri menolak adanya pembongkaran makam. "Paman korban, Muhammad Nurhadi, yang mewakili pihak keluarga datang ke Polres dan intinya kalau memang ada unsur kesengajaan dan kekerasan yang membuat korban meninggal harus diusut," kata Nyoman. Nyoman menjelaskan menjelaskan Nurhadi lah yang membubuhkan tanda tangan penolakan otopsi pada jasad Fikri. Hanya saja, dalam surat pernyataan bermeterai itu ada catatan di bawah surat, yakni dirinya mau menandatangani surat menolak otopsi dan hanya dilakukan visum luar saja kalau memang tidak ada indikasi kekerasan pada jasad Fikri. "Dibagian surat permintaan visum luar ini ada catatan dan kami akan cari aslinya. Yang jelas, keluarga korban tidak bersedia jika dalam pengusutan kasus ini, ada pembongkaran makam Fikri di Mataram," ujarnya, menambahkan.(*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013