Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota Surabaya akan menerapkan "electronic road pricing" (ERP) sebagai upaya menekan polusi udara yang diakibatkan gas buang kendaraan bermotor di kawasan kota pahlawan. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Minggu, mengatakan, dengan adanya ERP ini intensitas penggunaan kendaraan juga bakal menurun karena akan diterapkan aturan emisi gas buang yang ketat dan sesuai standar baku. "Jadi, jika ada kendaraan yang saat diuji emisi ternyata hasilnya melebih standar, maka kendaraan tersebut tidak boleh melewati sejumlah jalan yang diterapkan ERP. Semua kendaraan yang lewat ERP, emisinya harus sesuai standar," katanya. Menurut dia, penerapan ERP tersebut bakal membuat usia berbagai fasilitas umum menjadi lebih panjang. Dia mencontohkan, salah satu fasilitas umum adalah jalan beraspal. Dengan penerapan ERP, maka tingkat penggunaan jalan tersebut bakal menurun. Sehingga, lanjut dia, penurunan kualitas jalan akibat tingkat penggunaan jalan yang tinggi juga bakal berkurang. "Umur aspalnya lebih lama, tidak cepat rusak juga," katanya. Risma juga menjelaskan bahwa dampak paling akhir adalah kerusakan lingkungan dapat ditekan dengan ERP tersebut. Akhirnya, Surabaya bakal menjadi kota yang lebih nyaman untuk ditinggali. Namun, Risma mengingatkan bahwa pemkot bakal memberikan banyak pilihan selain penerapan ERP. Ada fasilitas yang harus membayar dan ada fasilitas yang gratis. "Jalan ERP bayar dan ada jalan lain yang tidak bayar," katanya. Tindak lanjut dari penerapan ERP, Risma mengatakan pemkot harus membuat angkutan masal cepat (AMC) menjadi transportasi yang nyaman, cepat, dan aman. Sehingga, pengguna kendaraan pribadi menjadi lebih menyukai menggunakan AMC. Dia menegaskan poin utama yang harus ada dalam AMC tersebut adalah murah. Sehingga, masyarakat bisa merasakan jika menggunakan AMC bakal lebih hemat dari pada kendaraan pribadi. "Murah juga tuntutan wajib," ujarnya. Sementara itu Ketua Komisi C DPRD Surabaya Sachiroel Alim menjelaskan bahwa ERP ini harus didukung untuk membuat Surabaya menjadi kota yang lebih manusiawi. Dengan tidak ada kemacetan dan polusi udara tentu akan menjadi kota yang memiliki daya tarik tersendiri. "Orang itu cepat stres jika menghadapi kemacetan. Polusi udara juga membuat kualitas kesehatan warga menjadi menurun. Ini perlu segera diatasi bersama," ujarnya. (*)

Pewarta:

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013