Jakarta (ANTARA) - Lebih dari 3.000 warga terdampak banjir yang merendam delapan desa di Kabupaten Pandeglang, Banten, sebagaimana perkembangan kondisi lapangan yang dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Jumat.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Jumat, mengatakan banjir terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut sejak Rabu (5/11) pagi dan memicu anak Sungai Ciliman meluap hingga menggenangi permukiman warga di sejumlah titik, dengan ketinggian muka air 30-80 centimeter.
“BPBD bersama aparat kecamatan dan desa telah melakukan kaji cepat di lapangan, menyalurkan logistik awal, serta memastikan warga di lokasi terdampak tetap mendapatkan kebutuhan dasar,” kata dia.
BNPB mengkonfirmasi empat kecamatan yang terdampak meliputi Angsana, Cikeusik, Sobang, dan Panimbang, dengan total delapan desa yang terendam, yaitu Cikayas, Sumur Laban, dan Pada Mulya (Angsana); Curugciung dan Sumur (Cikeusik); Bojen (Sobang); serta Gombong dan Mekarsari (Panimbang).
Hingga Kamis (6/11) sore banjir di beberapa titik dilaporkan belum surut hingga tercacat ada sebanyak 885 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 3.181 jiwa terdampak. Banjir juga berdampak pada dua fasilitas pendidikan dan satu akses jalan utama yang sempat tidak dapat dilalui kendaraan.
"Sementara pendataan lanjutan masih dilakukan di lapangan," kata dia.
Abdul menjelaskan cuaca di wilayah terdampak masih diguyur hujan dengan intensitas sedang. Tim petugas gabungan terdiri dari BPBD, TNI/Polri, Tagana dan relawan masyarakat terus melakukan evakuasi dan distribusi bantuan.
Adapun kebutuhan mendesak yang tengah disalurkan mencakup terpal, selimut, tikar, obat-obatan, serta paket logistik tanggap darurat bagi warga yang terdampak paling parah.
“Kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi hujan lebat susulan, serta memastikan saluran air dan lingkungan sekitar tetap bersih untuk mengurangi risiko banjir berulang,” kata Abdul Muhari.
