Rasulullah SAW suatu hari di bulan Ramadhan menyuruh seorang perempuan yang sedang memarahi budaknya untuk memakan sepotong roti. Si perempuan menolak pemberian Nabi dan berkata bahwa ia sedang berpuasa. Apa jawab Nabi? "Mana mungkin engkau berpuasa, padahal kau caci maki hamba sahayamu," kata Nabi. Karena itu beliau bersabda, "Banyak orang yang berpuasa hanya memperoleh lapar dan dahaga". Puasa sejatinya adalah proses pendidikan bagi umat Islam untuk kemudian "hasilnya" diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan. Puasa adalah satu tempat menempa Muslim untuk menjadi sebaik-baik umat. Yakni mereka yang banyak memberi manfaat bagi umat lainnya. Shalat juga demikian, yakni untuk mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. Puasa adalah waktu untuk mengasah sifat-sifat Ilahiyah dalam diri manusia, seperti kasih, jujur dan lainnya. Puasa tidak selesai hanya dengan mengubah pola makan. Shalat tidak selesai hanya di atas sajadah. Shalat, puasa dan ritual lainnya harus beresonansi positif, yakni mencetak umat menjadi pribadi yang membahagiakan bagi orang lain. Menjadi pribadi yang tidak akan nyaman jika melanggar atau memakan hak-hak orang lain. Puasa mencetak pribadi yang peduli. Minimal tidak membuat orang lain susah. Untuk itu puasa harus dijalankan secara substantif, bukan sekedar ritual tahunan yang kemudian berakhir dengan pesta makan atau pamer pakaian baru serta mahal. Dalam konteks ke-Indonesiaan sekarang, puasa seharusnya menjadi obat mujarab agar umat Islam tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Lalu mengapa orang-orang yang shalat dan berpuasa itu masih korupsi. Wallahu a'lam. Sederhananya, shalat dan puasa mereka barangkali belum dilakukan secara substantif sehingga tidak membawa dampak apa-apa. Setidaknya, puasa yang substantif itu dapat dilacak dari tiga hal yakni puasa itu dijalankan dengan tertib, ikhlas, dan terlihat dampak akhirnya. Tertib berarti puasa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat. Ikhlas berarti puasa dilaksanakan bukan karena siapapun. Terlihat dampak akhirnya itu pelakunya semakin baik perilakunya. Selamat berpuasa. Semoga kita termasuk orang-orang yang masuk ke dalam golongan hamba yang betul-betul berpuasa. Aamiinn.. (*)
Berpuasa Secara Substantif
Senin, 16 Juli 2012 7:52 WIB