Kementerian Kesehatan mengapresiasi layanan kesehatan di Kota Mojokerto, Jawa Timur, menyusul telah diresmikannya Gedung Laboratorium Biosafety Level (BSL) 2 dan Labkesmas ILP serta Gayatri ILP Satu Sehat di Labkesda Kota Mojokerto.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, Maria Endang Sumiwi di Kota Mojokerto, Rabu, mengatakan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat Pemerintah Kota Mojokerto telah menerapkan enam pilar transformasi kesehatan yang dibangun oleh Kementerian Kesehatan RI.
"Yaitu transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem kesehatan masyarakat, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan yang terakhir adalah transformasi digital," ucapnya.
Ia mengatakan, telah berjalannya transformasi kesehatan seakan mimpi yang menjadi nyata sehingga masyarakat seharusnya tidak hanya sekedar bisa mendapat pelayanan kesehatan tetapi juga mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas.
“Meskipun rumah sakitnya bisa operasi jantung, bisa pasang cathlab, tapi kita tidak ingin orang-orang ke rumah sakit. Itulah mengapa di puskesmas pembantu, puskesmas dan kader harus keliling terus karena kita ingin mencegah, dengan pendekat jangan sampai sakit, jadi tidak lagi kalau sakit berobat,” tuturnya.
Dengan telah berjalannya pelayanan kesehatan di Kota Mojokerto, Maria meminta agar meningkatkan hasilnya atau yang biasa disebut continuum of care, yakni satu orang harus tuntas masalah kesehatannya. Tidak cukup diskrining, tidak cukup dirujuk tapi harus dimonitor terus sampai masalah kesehatannya tuntas.
“Kami ingin Kota Mojokerto bisa mendemonstrasikan masalah kesehatan dengan tuntas, jangan sampai sudah terdeteksi, masalahnya tidak tuntas. Dan ini sangat potensial dilaksanakan di Kota Mojokerto karena sudah ada Gayatri,” katanya.
Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro menyampaikan transformasi kesehatan yang telah diterapkan di Kota Mojokerto secara statistik tampak dalam tingginya angka IPM yang menunjukkan kualitas kesehatan dan pendidikan yaitu 80,90 serta angka harapan hidup yang mencapai 74.
“Pemkot Mojokerto saat ini sudah ada 6 puskesmas, 11 puskesmas pembantu dan 170-an posyandu. Ini adalah resource kita untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Outcome nya adalah bagaimana peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat yang ada di Kota Mojokerto secara bertahap dan berkelanjutan,” kata Ali Kuncoro.
Lebih lanjut sosok yang akrab disapa Mas Pj ini menuturkan Kota Mojokerto telah meraih Universal Health Coverage kategori utama yang merupakan ikhtiar bahwa kesehatan itu sesuatu yang utama, bagaimana nanti 2045 masyarakat Kota Mojokerto adalah masyarakat yang bugar yang siap songsong Indonesia emas 2045.
“Integrasi Layanan Primer dengan pendekatan pemantauan wilayah setempat, kader-kader di bawah kita gerakkan, kita punya praeswari, kader motivator dan itu betul-betul kita briefing supaya mereka intens melakukan surveillance di bawah supaya jangan sampai ada satu masyarakatpun yang tidak mendapat layanan kesehatan, prinsipnya no one left behind,” katanya.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, Maria Endang Sumiwi di Kota Mojokerto, Rabu, mengatakan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat Pemerintah Kota Mojokerto telah menerapkan enam pilar transformasi kesehatan yang dibangun oleh Kementerian Kesehatan RI.
"Yaitu transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem kesehatan masyarakat, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan yang terakhir adalah transformasi digital," ucapnya.
Ia mengatakan, telah berjalannya transformasi kesehatan seakan mimpi yang menjadi nyata sehingga masyarakat seharusnya tidak hanya sekedar bisa mendapat pelayanan kesehatan tetapi juga mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas.
“Meskipun rumah sakitnya bisa operasi jantung, bisa pasang cathlab, tapi kita tidak ingin orang-orang ke rumah sakit. Itulah mengapa di puskesmas pembantu, puskesmas dan kader harus keliling terus karena kita ingin mencegah, dengan pendekat jangan sampai sakit, jadi tidak lagi kalau sakit berobat,” tuturnya.
Dengan telah berjalannya pelayanan kesehatan di Kota Mojokerto, Maria meminta agar meningkatkan hasilnya atau yang biasa disebut continuum of care, yakni satu orang harus tuntas masalah kesehatannya. Tidak cukup diskrining, tidak cukup dirujuk tapi harus dimonitor terus sampai masalah kesehatannya tuntas.
“Kami ingin Kota Mojokerto bisa mendemonstrasikan masalah kesehatan dengan tuntas, jangan sampai sudah terdeteksi, masalahnya tidak tuntas. Dan ini sangat potensial dilaksanakan di Kota Mojokerto karena sudah ada Gayatri,” katanya.
Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro menyampaikan transformasi kesehatan yang telah diterapkan di Kota Mojokerto secara statistik tampak dalam tingginya angka IPM yang menunjukkan kualitas kesehatan dan pendidikan yaitu 80,90 serta angka harapan hidup yang mencapai 74.
“Pemkot Mojokerto saat ini sudah ada 6 puskesmas, 11 puskesmas pembantu dan 170-an posyandu. Ini adalah resource kita untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Outcome nya adalah bagaimana peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat yang ada di Kota Mojokerto secara bertahap dan berkelanjutan,” kata Ali Kuncoro.
Lebih lanjut sosok yang akrab disapa Mas Pj ini menuturkan Kota Mojokerto telah meraih Universal Health Coverage kategori utama yang merupakan ikhtiar bahwa kesehatan itu sesuatu yang utama, bagaimana nanti 2045 masyarakat Kota Mojokerto adalah masyarakat yang bugar yang siap songsong Indonesia emas 2045.
“Integrasi Layanan Primer dengan pendekatan pemantauan wilayah setempat, kader-kader di bawah kita gerakkan, kita punya praeswari, kader motivator dan itu betul-betul kita briefing supaya mereka intens melakukan surveillance di bawah supaya jangan sampai ada satu masyarakatpun yang tidak mendapat layanan kesehatan, prinsipnya no one left behind,” katanya.