Mendes PDTT lepas ekspor anggrek asal Malang ke pasar Amerika

Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar didampingi Bupati Malang H.M Sanusi melepas ekspor bunga anggrek hasil budidaya Badan Usaha Milik Desa Bersama Singosari ke pasar Amerika Serikat, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (11/9/2024). ANTARA/Ananto Pradana.

Bumdes Bersama bisa ekspor anggrek itu hanya malang, yang lain pernah ada ekspor anggrek tapi menitipkan ke pihak ketiga yang bukan dikelola badan usaha desa

Malang Raya (ANTARA) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar melepas ekspor bunga anggrek hasil budidaya Badan Usaha Milik Desa Bersama Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur ke pasar ekspor Amerika Serikat.

Abdul Halim Iskandar atau Gus Halim di Kabupaten Malang, Rabu, mengatakan ekspor anggrek ke Amerika Serikat dilakukan secara mandiri, artinya tidak melewati pihak ketiga.

"Bumdes Bersama bisa ekspor anggrek itu hanya Malang, yang lain pernah ada ekspor anggrek tapi menitipkan ke pihak ketiga yang bukan dikelola badan usaha desa," kata Gus Halim.

Amerika Serikat menjadi pasar kedua anggrek Badan Usaha Milik Desa Bersama Singosari, setelah sebelumnya melakukan ekspor ke Taiwan.

Gus Halim menyatakan melebarnya pasar anggrek tersebut tidak bisa dilepaskan dari kreativitas masyarakat yang pada akhirnya mampu melahirkan inovasi.

"Saya menyatakan karakter dari masyarakat di Kabupaten Malang sangat bagus," ujarnya.

Di tempat yang sama, Bupati Malang M Sanusi menyatakan bertambahnya pasar ekspor bunga anggrek bisa menghadirkan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat.

"Ini merupakan pasar kedua dan lebih menguntungkan bagi masyarakat," kata dia.

Direktur Bumdesma Singosari Sudrikamto menjelaskan anggrek yang diekspor ke Amerika Serikat merupakan dendrobium keriting, yakni jenis serupa yang sebelumnya telah menembus pasar di Taiwan.

Total jumlah bunga anggrek yang diekspor ke Amerika Serikat berjumlah 120 batang dengan nominal sekitar Rp120 juta.

"Yang waktu ke Taiwan itu sekitar Rp75 juta, ini lebih besar karena dulu masih uji coba," kata dia.

Sudrikamto menyebut untuk bisa memiliki izin ekspor tidak mudah, sebab banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Proses pengurusan memakan waktu sekitaran dua tahun.

"Satu-satunya di Indonesia kami yang punya izin. Nanti petani lain kalau memang punya pembeli dan pasar di luar negeri bisa lewat kami, karena kalau memproses sendiri susahnya luar biasa," tuturnya.