Gresik (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI meminta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakselerasi tumbuhnya industri-industri yang dapat memanfaatkan produk dari smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur.
“Kami berharap Kemenperin mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mengakselerasi tumbuhnya industri dalam negeri termasuk kebijakan pemanfaatan hasil hasil produk ini agar dimanfaatkan di dalam negeri,” kata Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno saat ditemui di Gresik, Jawa Timur, Rabu.
Produk akhir utama smelter PTFI sendiri berupa katoda tembaga, emas dan perak batangan sedangkan produk sampingnya berupa asam sulfat, slag, PGM, dan selenium.
Eddy menyatakan hasil produksi smelter PTFI seharusnya tidak hanya untuk diekspor melainkan juga dapat diserap oleh dalam negeri melalui kemunculan industri-industri hilir.
“Setelah smelter Freeport berdiri ada desakan lebih besar lagi bagi pemerintah untuk menghadirkan industri turunannya agar nilai tambah dari produksi PTFI bisa kita kelola di dalam negeri jadi tidak langsung diekspor,” katanya.
Selain itu, Eddy menginginkan pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan pembatasan impor terhadap produk serupa seperti yang dihasilkan oleh smelter Freeport.
Langkah kebijakan pengamanan perdagangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard.
“Ini dapat dilakukan jika memang ada indikasi dumping dari produksi dalam negeri. Tapi saya kira produksi dalam negeri ini perlu dikembangkan supaya kita mengetahui siapapun yang membangun industri turunan akan menyerap produksi dalam negeri,” ujarnya.
Hal serupa juga diharapkan oleh Presiden Direktur PTFI Tony Wenas yakni industri-industri dalam negeri dapat memanfaatkan hasil produksi Smelter PTFI termasuk katoda tembaga.
Tony menyebutkan dari sekitar 350 ribu ton sampai 400 ribu ton konsentrat tembaga yang dimurnikan selama Agustus sampai Desember 2024 oleh PT Smelting menjadi katoda tembaga diperkirakan hanya akan terserap oleh industri dalam negeri sebanyak 175 ribu ton.
“Ini lah PR kita bersama, industri yang menggunakan tembaga sebagai bahan baku bisa muncul dari dalam negeri,” kata Tony.