Surabaya (ANTARA) - PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), subholding Pelindo, mencatat arus peti kemas sepanjang 2023 sebanyak 11,53 juta teus atau tumbuh sekitar 2,63 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2022 yang sebanyak 11,23 juta teus.
Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra di Surabaya, Rabu mengatakan arus peti kemas 2023 terdiri dari 3,62 juta teus peti kemas internasional dan 7,91 juta teus peti kemas domestik.
"Peti kemas internasional tumbuh sekitar 3,9 persen jika dibandingkan dengan 2022 dan peti kemas domestik tumbuh sekitar 0,5 persen jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya," kata Widyaswendra.
Ia menjelaskan peningkatan arus peti kemas internasional dipicu oleh adanya penambahan rute peti kemas internasional oleh perusahaan pelayaran.
Pada 2023, SPTP mencatat sedikitnya terdapat penambahan 20 layanan rute baru yang melalui di IPC TPK, TPS Surabaya dan Terminal Teluk Lamong. Terdapat sembilan rute baru yang dilayani di IPC TPK, enam rute di TPS Surabaya, dan lima rute baru di Terminal Teluk Lamong.
Perseroan menargetkan arus peti kemas 2024 sebanyak 12,1 juta teus. Untuk mencapai target tersebut, SPTP akan menggali potensi pembukaan rute baru baik internasional dan domestik bersama perusahaan pelayaran.
SPTP juga akan melakukan kegiatan pemasaran bersama perusahaan pelayaran untuk program kontainerisasi muatan yang selama ini masih menggunakan kapal nonpeti kemas.
"Kolaborasi rute tol laut dengan rute hub and spoke bersama pelayaran komersial juga menjadi salah satu upaya dilakukan oleh PT Pelindo Terminal Petikemas untuk meningkatkan arus peti kemas dilayani di terminal yang dikelola oleh perseroan," ujarnya.
Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi, mengatakan upaya kontainerisasi muatan dapat menjadi salah satu upaya PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) untuk meningkatkan pertumbuhan arus peti kemas.
Tak hanya itu, untuk mendukung upaya kontainerisasi SPTP perlu melakukan pembenahan di sejumlah pelabuhan yang ada di wilayah timur Indonesia agar mampu digunakan untuk kegiatan peti kemas.
Perluasan sektor industri di wilayah timur juga dapat mendukung peningkatan arus peti kemas. Selama ini industri masih terpusat di wilayah barat khususnya Pulau Jawa, sehingga kebanyakan peti kemas yang dikirim ke wilayah timur Indonesia akan kembali dalam posisi kosong (empty).
"Potensi muatan peti kemas di wilayah timur Indonesia masih cukup tinggi, utamanya berkaitan dengan hasil tangkapan laut atau perikanan dan hasil bumi lainnya namun kita juga perlu perhatikan apakah pelabuhan yang ada di daerah sudah dapat mendukung bongkar muat peti kemas ataupun fasilitas berpendingin," kata Siswanto.
Di sisi lain, upaya untuk meningkatkan arus peti kemas luar negeri dapat dilakukan dengan penyediaan terminal yang berfungsi sebagai transshipment hub.
Namun demikian, Siswanto menilai perlu dilakukan kajian menyeluruh bersama semua pihak termasuk pemerintah.
Keberadaan ekosistem kuat mulai dari kemudahan bunker, lokasi berlabuh, sistem keuangan dan pembayaran, pemanduan dan penundaan kapal, dan hal lainnya sangat dibutuhkan dalam mewujudkan transhipment hub internasional yang dimimpikan.
"Pertarungan di sektor tersebut akan sangat berat, kita ketahui ada negara tetangga yang sudah menguasai pasar, sehingga kita perlu memperkuat diri terlebih dahulu untuk siap bersaing langsung dengan mereka di selat Malaka," ujarnya.
Hingga Desember 2023, PT Pelindo Terminal Petikemas tercatat mengelola 32 terminal peti kemas yang dioperasikan oleh 17 cabang dan tujuh anak perusahaan.
Sejumlah kantor cabang di daerah meliputi TPK Belawan, TPK Perawang, TPK Semarang, TPK Nilam, TPK Bagendang Bumiharjo, TPK Banjarmasin, TPK New Makassar, TPK Tarakan, TPK Pantoloan, TPK Bitung, TPK Kendari. Selanjutnya TPK Ambon, TPK Kupang, TPK Ternate, TPK Sorong, TPK Jayapura, dan TPK Merauke.
Adapun anak perusahaan adalah PT IPC Terminal Petikemas, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Terminal Teluk Lamong, PT Berlian Jasa Terminal Indonesia, PT Prima Multi Terminal, PT Prima Terminal Petikemas, dan PT Kaltim Kariangau Terminal.