Jakarta (ANTARA) - Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyoroti soal politik "drakor" di hadapan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Beberapa hari ini kita disuguhkan untuk menonton drama Korea (drakor) yang sangat menarik," ujar Ganjar dalam pidatonya usai pengundian nomor urut pasangan capres-cawapres di Kantor KPU RI, Jakarta, Selasa malam.
KPU RI menetapkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapat nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. nomor urut 3.
Menurut Ganjar, kondisi politik Indonesia yang mirip seperti drakor tidak membuat nyaman. Oleh karena itu, semua lapisan masyarakat harus menyuarakan agar drama tersebut segera selesai.
"Melihat situasi belakangan ini, tentu kita mendengar banyak pihak, kita menangkap apa yang menjadi kegelisahan suasana kebatinan yang muncul di masyarakat," ujarnya.
Kendati demikian, mantan Gubernur Jawa Tengah itu tidak menjelaskan secara detail mengenai drakor yang disebutnya.
Menurut ia, masyarakat harus disuguhkan suasana pemilu yang riang gembira.
Ganjar juga menyatakan drama itu tidak perlu terjadi menjelang Pemilu 2024. Ia juga melihat seluruh pasangan capres-cawapres harus memulai demokrasi yang aman, nyaman dan tenteram.
"Drama-drama itulah yang sebenarnya tidak perlu terjadi dan malam ini sebetulnya kita memulai. Memulai sesuatu perayaan demokrasi melalui pemilu. Namun, melihat situasi belakangan ini, tentu kami mendengarkan banyak pihak," jelas Ganjar.
"Kewajiban kita, bapak ibu untuk menjaga. Kalau kita merasakan dan harus kita pastikan bahwa demokrasi bisa baik, meskipun sekarang belum baik-baik saja," sambungnya.
Sebelumnya, dalam pidatonya pada acara Hari Ulang Tahun ke-59 Partai Golkar, Senin, 6 November 2023, Presiden Jokowi mengatakan bahwa politik di Indonesia belakangan terlalu banyak diisi drama bak sinetron televisi.
Padahal, Jokowi ingin Pemilu 2024 diisi dengan adu gagasan untuk kemajuan bangsa.
"Saya lihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakor-nya. Terlalu banyak sinetronnya. Mestinya kan pertarungan gagasan, pertarungan ide, bukan pertarungan perasaan," kata Jokowi.
Meski demikian, Jokowi tidak mau meneruskan pandangannya terkait kondisi politik saat ini karena dikhawatirkan takut pernyataannya disalahartikan.