Blitar (ANTARA) - Aparat Kepolisian Resor Blitar Kota, Jawa Timur, masih mendalami motif pelaku pemukulan pelajar sekolah madrasah tsanawiyah (setingkat SMP) di Kabupaten Blitar, pada teman sendiri hingga korban meninggal dunia.
"Untuk motif harus didalami dulu, tidak bisa langsung. Yang jelas ini dilakukan anak-anak," kata Kapolres Blitar Kota AKBP Danang Setyo Pambudi Sukarno di Blitar, Senin.
Pihaknya mengatakan proses penyidikan perkara tersebut masih terus berjalan hingga kini. Polisi juga sudah memeriksa 16 saksi baik dari teman sekolah, guru, termasuk keluarga.
Polisi juga masih menunggu jadwal pemeriksaan psikologis pada pelaku yang masih berusia di bawah umur tersebut.
"Untuk penyidikan juga masih menunggu hasil autopsi. Kalau pelaku sudah ditempatkan di tempat khusus dengan pendampingan. Kami tunggu jadwal pemeriksaan psikologis pelaku," kata dia.
Baca juga: Polisi tunggu hasil autopsi korban kekerasan siswa di Blitar
Kapolres juga mengimbau kepada orang tua yang mempunyai putra dan putri untuk selalu menjaga dan mengingatkan pergaulannya.
"Mengingatkan pergaulan, teman-temannya sekitar siapa, belajar apa. Kalau belajar silat belajar yang benar, tujuannya silat untuk bela diri bukan untuk melukai, melumpuhkan atau membunuh. Itu harus sama-sama kita sadari," kata dia.
Terkait dengan pelaku yang belajar ilmu silat, Kapolres mengatakan tidak ada (latar belakang belajar ilmu silat).
Namun, ia menambahkan semua hasil pemeriksaan tersebut segera ditindaklanjuti sehingga bisa menjadi masukan ke penyidik.
Kasus kekerasan terjadi di lingkungan sebuah madrasah tsanawiyah negeri (setingkat SMP) di Kabupaten Blitar, dilakukan oleh sesama teman.
Kasus tersebut terjadi pada Jumat (25/8) saat jam pergantian belajar sedang berlangsung dengan korban MA, pelajar kelas 9.5, sementara pelaku pemukulan KR, pelajar kelas 9.7.
Pelaku masuk ke ruang kelas korban menuju tempat duduk korban sambil berteriak. Saat itu, teman-temannya yang lain sudah berusaha menghalangi namun terlepas.
Pelaku memukul sampai tiga kali (mengenai bagian tubuh vital yakni tengkuk kepala belakang dan dada-ulu hati) tanpa ada perlawanan dari korban.
Korban langsung jatuh, tidak sadarkan diri. Ia juga sempat mendapatkan perawatan di ruang UKS. Namun, karena tidak sadarkan diri, pihak madrasah membawanya ke rumah sakit di Srengat, Kabupaten Blitar, untuk pemeriksaan, namun korban dinyatakan meninggal dunia.