Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Kota Surabaya bersama Insan Generasi Berencana (Genre) menggencarkan promosi ketahanan keluarga sebagai upaya menuju keluarga bebas stunting (tengkes/kerdil) di kalangan generasi muda di Kota Pahlawan, Jatim.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-P2KB) Surabaya Ida Widayati dalam keterangannya di Surabaya, Jumat, mengatakan pihaknya bersama Insan Genre mengoptimalkan kegiatan "Bahas Genre Bareng Pemuda Surabaya" (Basreng Pedas).
"Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya," katanya.
Selain itu, menyiapkan kehidupan keluarga yang sesuai dengan yang mereka rencanakan.
Menurut dia, kegiatan tersebut dilakukan di lima titik lokasi yang diikuti oleh remaja di kecamatan se-Surabaya.
Untuk wilayah Surabaya Selatan titiknya di wilayah Kecamatan Gayungan, kemudian Surabaya Pusat sudah kita laksanakan di GNI, Surabaya Timur juga sudah dilaksanakan di kantor Kecamatan Rungkut, Surabaya Utara di Kecamatan Bulak, dan Surabaya Barat rencananya di Gedung Pandansari daerah Benowo.
Baca juga: Pemkot Surabaya daftarkan SCCIFAF ke Kharisma Event Nusantara
"Saat ini kegiatan ini diikuti oleh 400 remaja dan orang tua remaja," kata Ida.
Ia mengatakan Insan Genre memiliki peran penting dalam membantu Pemkot Surabaya mewujudkan keluarga bebas stunting. Dimana, mereka telah memahami penyebab dari adanya stunting, seperti pola asuh yang salah maupun penyakit bawaan yang dimiliki oleh sang anak.
"Mereka akan turun ke Balai RW untuk sosialisasi kepada anak dan orangtua, bagaimana pola asuh yang tepat untuk anak, serta mencegah terjadinya salah pergaulan. Pendekatan-pendekatan pada anak bisa sebagai konselor sebaya," ucapnya.
Sementara itu, Bunda Insan Genre Surabaya, Rini Indriyani mengatakan pihaknya menggencarkan promosi ketahanan keluarga yang berkaitan pada isu kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan.
Rina memberikan pembekalan mengenai pentingnya kesiapan dan kematangan sebelum menikah, termasuk dampak negatif dari seks pranikah. Sebab, remaja berperan dalam pencegahan stunting melalui pembentukan sikap dan perilaku yang positif dalam pengembangan diri. Baik secara mental, fisik, intelektual, spiritual, dan sosial.
"Karena salah satu penyebab stunting adalah pernikahan yang terlalu dini. Melalui kegiatan itu, kami ingin lebih memantapkan kesadaran para orang tua terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanganan stunting. Mulai dari janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja, menikah, hamil, dan seterusnya," katanya.
Istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini menjelaskan, semua generasi muda di Kota Surabaya diharapkan memiliki pengetahuan, pemahaman, dan pengendalian diri dalam menyikapi perkembangan zaman yang terjadi.
"Pemuda atau remaja kami libatkan dalam penanganan stunting. Mereka kami siapkan menuju jenjang berkeluarga, dimulai dari pola hidup dia terlebih dahulu," katanya.
Ia menerangkan, kegiatan tersebut adalah untuk menyiapkan generasi berencana. Sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan, berkarir dalam pekerjaan, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksinya.
"Kami berikan pandangan agar mereka selektif dalam memilih pasangannya kelak. Mereka dibiasakan untuk merencanakan segala sesuatu sejak usia muda," ujarnya.*