Sidoarjo (ANTARA) -
Rumput laut asal Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur berhasil menembus pasar Australia, menyusul adanya kerja sama antara Koperasi Rumput Laut Agar Makmur Sentosa Jabon, Sidoarjo dengan produsen biomaterial rumput laut 'ULUU' asal Australia.
Ketua Koperasi Rumput Laut Agar Makmur Sentosa Heri Sudarmono dalam keterangan tertulis di Sidoarjo, Sabtu, mengatakan penandatanganan kerja sama ini menunjukkan minat bersama para pihak untuk kemitraan multitahun dan menjadi parameter pencapaian target bersama.
"Rumput laut jenis Gracilaria ini kan pembudidayanya cuma ada tiga daerah di Indonesia. Salah satunya di Jabon ini. Sebelumnya mereka juga telah melakukan riset di Vietnam dan berbagai negara, akhirnya pihak ULUU memilih di Jabon," kata Heri.
Ia mengatakan, kemitraan itu menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang, karena memiliki areal budi daya seluas 1.200 hektare dengan jumlah 150 petani lebih.
"Ini merupakan peluang bagi kami, dari segi pertumbuhan ekonomi sangat terbantu. Dengan target 1.000 ton rumput laut per tahun nya, insya Allah koperasi dapat mencukupi target itu," kata Heri.
Dia mengatakan, dari luas areal lahan budi daya koperasi dapat menghasilkan 80 sampai 90 ton rumput laut per bulan. Saat ini pihak ULUU juga masih dalam tahap penelitian atau survei sembari menunggu pembangunan pabrik di Kabupaten Pasuruan rampung.
Chief Executive Officer (CEO) ULUU Julia Reisser menegaskan penandatanganan MoU itu menjadi penanda fasilitas ULUU kepada mitranya untuk memfasilitasi aplikasi teknologi seluler yang dapat melakukan pelacakan terhadap rantai pasok rumput laut.
ULUU ialah startup Australia yang memproduksi bahan alami yang dikenal sebagai PHA dari rumput laut, air laut, dan proses fermentasi air asin yang unik. Berbahan kompos yang dapat menggantikan plastik sekaligus meningkatkan kesehatan iklim dan lautan.
Julia juga mengaku jalinan kemitraan ini tak hanya untuk mendapatkan rumput laut dengan kualitas terbaik dari Jabon. Pihaknya berencana membangun dan mengoperasikan pabrik komersial sekaligus mendukung program hilirisasi dari Pemerintah Indonesia.
"Koperasi ini dapat memproduksi lebih dari 500 ton Gracilaria kering per bulan dan berlokasi strategis 30 kilometer dari kawasan industri Pasuruan, dimana ULUU sedang mempertimbangkan untuk membangun fasilitas komersial pertamanya," kata Julia.