Baghdad (ANTARA/AFP) - Serangan-serangan bom dan penembakan Jumat menewaskan lima polisi Irak dan seorang dokter serta melukai 17 orang di Baghdad, Baquba dan Kirkuk, kata beberapa pejabat keamanan. Di distrik Mansur, Baghdad barat, bom pinggir jalan menewaskan dua polisi, termasuk seorang kapten, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri, dengan menambahkan bahwa delapan orang cedera, termasuk empat polisi. "Ledakan terjadi ketika polisi memeriksa ledakan sebelumnya di luar sebuah toko minuman keras yang tidak menimbulkan korban," kata pejabat itu. Toko minuman keras sering menjadi sasaran serangan gerilyawan karena minuman keras dilarang dalam ajaran Islam. Di Baquba, 60 kilometer sebelah utara Baghdad, orang-orang bersenjata menyerang polisi yang menjaga bangunan sebuah perusahaan Turki di proyek pembuangan sampah, yang menewaskan tiga orang dan mencederai satu orang, kata seorang pejabat keamanan. Para penyerang melarikan dengan meninggalkan sebuah kendaraan, yang meledak tak lama kemudian yang mencederai delapan orang, termasuk seorang wanita, kata pejabat itu. Di kota minyak Kirkuk, 240 kilometer sebelah utara Baghdad, polisi mengatakan, seorang dokter dibunuh di dalam mobilnya. Ibrahim Shaeer Jabbar al-Jumaili (55), yang juga mengajar ilmu kedokteran di perguruan tinggi, dibunuh setelah ia menolak upaya empat orang untuk menculiknya, kata polisi. Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS. Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak. Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan. Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177. Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008. Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini. Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam. Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak. Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida. Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu.
Lima Polisi, Seorang Dokter Tewas dalam Serangan di Irak
Sabtu, 23 Juli 2011 5:55 WIB