Oleh Slamet AS Bojonegoro - Mau menikmati bakso "gak patek enak" (tidak terlalu enak, red), produksi Sukamto (49), warga Desa Kauman, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Jawa Timur, tidaklah terlalu sulit. Di Bojonegoro, ada tiga warung bakso, semuanya milik Sukamto yaitu dua di Jalan Panglima Sudirman, satu warung bakso lainnya di seputaran alun-alun kota. "Dua warung bakso gak patek enak, satu warung lainnya labelnya bakso 'serodok enak' (agak enak), tetap saya awasi kualitas pembuatannya, khususnya menyangkut rasa," kata Sukamto. Di tiga warung bakso tersebut, semuanya dikelola keluarganya, mulai anak, keponakan dan keluarga lainnya. Sebagaimana diungkapkan Sukamto, di tiga warung bakso tersebut, semuanya berdasarkan menu bakso racikannya yang mulai dipasarkan pada tahun 1999. Menu pokok di tiga warung bakso itu yaitu, bakso dengan rasa hati ayam, daging ayam, bakso gulung sayur sapi, juga bakso goreng. Dengan menyantap menu bakso produksi Sukamto, yang harganya Rp6.000,00 per porsi, pembeli bisa merasakan rasa bakso yang berubah-ubah, sesuai pilihannya. Pembeli bisa saja memesan bakso rasa hati saja, rasa daging ayam, atau hanya bakso gulung sayur sapi, juga bakso goreng. Sementara, kalau pembeli tidak memesan khusus, teknis penjualan bakso dilakukan dengan mencampur berbagai rasa bakso itu. "Pada awalnya hanya satu warung, karena pembeli harus antre terpaksa saya membuka dua cabang warung lainnya," jelasnya. Sebagaimana diungkapkan Sukamto, untuk bisa menemukan racikan bakso tersebut, semuanya tetap melalui proses. Sebab, dirinya sebelum itu, sudah berjualan bakso keliling di Bojonegoro dengan rombong sejak 1977. Dalam menjual bakso, awalnya dirinya tetap dengan cara tradisional yakni memanfaatkan daging sapi. "Semua pelanggan saya lokal Bojonegoro, juga Cepu dan Lamongan, termasuk Tuban," ucapnya. Berangkat dari kejenuhan dan ingin berkembang akhirnya, ia menemukan racikan menu bakso yang ketika awal dipasarkan, barangkali belum ada menu bakso serupa yang dibuat penjual bakso di Indonesia. "Sekarangpun saya sudah menemukan 10 racikan baru menu bakso berbagai rasa, saya jamin di Indonesia tidak ada penjual bakso yang bisa menyamai," ujarnya, berpromosi. Bagaimana rasanya? Sukamto sedikit membuka rahasianya, di antara rasa bakso hasil temuannya itu yaitu rasa kacang, sayur dan rasa kelapa muda dan bentuk bakso tetap bulat, sedikit kasar."Ini menu yang saya ciptakan khusus bakso anak-anak," paparnya, menjelaskan. Sukamto mengaku, sudah mempersiapkan rencana memasarkan berbagai aneka bakso hasil racikannya sendiri yang jumlahnya 10 rasa itu, dengan mengincar di daerah Tuban, Lamongan dan Cepu, Jateng. Perhitungan pengembangan baksonya tersebut, sebagai peluru cadangan untuk menggaet pembeli. Maksudnya, lanjutnya, kalau dalam pemasaran bakso produk awalnya kurang mendapatkan tempat dihati pembeli, menu baru tersebut yang akan dimanfaatkan untuk mendorong omset penjualan baksonya."Saya optimistis, masyarakat akan menyukai bakso produk saya yang baru," ujarnya. Ia enggan menjelaskan berapa besar omset penjualan baksonya di tiga warung miliknya itu. Yang jelas, Sukamto mengaku, dalam memasarkan produk baksonya sempat harus menghadapi isu pemanfaatan boraks yang pernah terjadi beberapa tahun lalu. Akibat dari isu yang berkembang itu, omset penjualan baksonya langsung anjlok dan sekarang baru perlahan-lahan bangkit kembali. Padahal, dirinya dalam menjual bakso selama ini tidak pernah memanfaatkan bahan pengawet seperti boraks. "Semua penjual bakso di Indonesia sampai sekarang penjualannya belum pulih 75 persen, akibat isu boraks," jelasnya. Karena itu, hingga sekarang ini, bakso produksinya belum ada niat dipasarkan dalam bentuk kemasan dan dijual di "super market" atau toko, karena belum ditemukan bahan alami yang bisa membuat tahan baksonya. "Saya masih mencari bahan alami yang bisa mengawetkan bakso," tandasnya.
Bakso "Gak Patek Enak"
Jumat, 1 Juli 2011 9:20 WIB
