Surabaya (ANTARA) - Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya memantapkan diri menjadi rumah rakyat Indonesia saat peringatan Hari Radio Nasional ke-77, Minggu.
"Kami ingin menjadikan RRI Surabaya sebagai rumah rakyat Indonesia dengan dengan adanya Galeri Tri Prasetya yang menjadi etalase sejarah. Kami terus mengembangkan koleksi," ujar Kepala Stasiun RRI Surabaya Kepala RRI Surabaya, M. Lahar Rudiyarso.
Lahar menjelaskan di Galeri Tri Prasetya terdapat ruang restorasi dengan ribuan koleksi piringan hitam atau vinyl. Jika dihitung jumlahnya mencapai 8.000 vinyl, sedangkan 3.450 di antaranya sudah direstorasi menjadi bentuk digital.
"Kami ada ruangan restorasi piringan hitam. Itu koleksi kita beragam. Ada yang mulai tahun 1920 untuk penyanyi barat dan Indonesia mulai tahun 1960," ujar dia.
Menurut Lahar, koleksi yang dimiliki RRI tidak hanya piringan hitam, benda-benda lawas sebagai bagian dari rangkaian saksi perjuangan RRI Surabaya juga masih terpampang apik di galeri Tri Prasetya.
Di Galeri Tri Prsetya RRI, ada puluhan koleksi dunia keradioan khususnya perjuangan RRI dari masa ke masa.
Sebuah mesin alat yang menggunakan teknologi telegrafi untuk mengirim dan menerima pesan dari jarak jauh, biasanya menggunakan morse sebagai kode komunikasi juga pernah digunakan RRI.
RRI Surabaya berhasil mendapatkan telegraf ini dari penyerahan dari pemerintah Belanda kepada Indonesia tahun 1951 usai pendantanganan pengakuan kedaulatan Indonesia. Telegraf ini digunakan sampai tahun 1970an dan digantikan telepon sebagai alat komunikasi.
Tidak hanya itu, sejarah RRI Surabaya juga terukir di tugu peringatan yang tepat berdiri di depan gedung RRI Jalan Pemuda No. 82-90.
Tugu ini menceritakan pertempuran hebat heroik yang pernah terjadi di gedung RRI antara tentara Sekutu yang berada di bawah komando Jendral Mallaby melawan para pejuang dan pemuda Surabaya yang rela mati daripada dijajah kembali.
Tengara Gedung RRI Surabaya itu berbunyi: "Karena fungsinya yang penting maka Gedung RRI Surabaya ini diduduki oleh pasukan Jendral Mallaby. Pada pertempuran 28-30 Oktober 1945 banyak korban rakyat jatuh. Tanggal 29 Oktober 1945 gedung ini dibakar habis dan tidak seorang pun pasukan Inggris di sini lolos dari kemarahan rakyat."
Digitalisasi juga telah diadopsi RRI, di momentum hari radio LPP RRI akan meluncurkan company profile baik dalam bentuk cetak maupun visual serta mall pelayanan publik RRI.
"Kami terus bertransformasi. Kami ada RRI Play Go yang saat ini memiliki wajah baru. Selain ada siaran live radio dan berita online juga ada fitur musik yang bisa diputar setiap saat. Ada podcast dengan kolaborasi ekseternal," kata Lahar.
Sementara itu, Ketua Panitia Hari Radio Arif Pribadi menambahkan puncak hari radio 11 September ditandai dengan adanya penyulutan obor yang dilakukan secara serentak
"Itu dimulai tanda berdirinya RRI pada 11 September dan dilaksanakan tepat pukul 11. 00 WIB di seluruh Indonesia," ujar Arif.
Arif menambahkan tahun ini RRI juga memberikan apresiasi penghargaan kepada pihak-pihak yang bersinergi untuk kemajuan RRI.
"Kami memberikan penghargaan narasumber yang aktif di RRI, itu di berikan pada M. Isa Anshori, kemudian ada pegiat UMKM yang sering mengisi di RRI, itu dianugerahkan kepada Willy Filosofia," kata Arif.
RRI juga konsen pada pegiat seni dan memberikan anugerah penghargaan kepada Sutatik yang akrab di panggil Bu Tiwuk. Bagi RRI, kata Arif, kecintaanya akan seni budaya khusus nya ludruk tidak diragukan lagi. Karena itu pantas jika Ibu dua anak ini mendapatkan penghargaan.
"Meski mengenyam pendidikan hingga Strata Satu Sarjana Hukum di usianya yang sudah senja ia tetap didikasikan dirinya dalam berkesenian," ungkap pria yang juga menjadi presenter RRI, Surabaya ini.
Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada Bank Jatim yang selalu bersinergi dan berkolaborasi dengan RRI Surabaya.