Situbondo (ANTARA) - Puluhan anak bersama orang tuanya tampak asyik mandi air laut di Pantai Pasir Putih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Panas Matahari yang terik dan alunan musik dangdut tahun 1980-an tak mengusik keasyikan mereka bercengkerama dengan air.
Beberapa anak didampingi orang tuanya hanya berendam, beberapa yang lain asyik berenang menggunakan ban dalam mobil, dan sebagian lainnya asyik mendayung kano. Sementara agak ke tengah, pengunjung tampak menikmati "olle ollang" perahu atau sampan yang mereka naiki.
Tidak hanya di air atau di atas perahu dan kano, di daratan pun, pengunjung juga tak kalah asyik, meskipun sekadar duduk di atas tikar sambil bercengkerama menikmati suasana dan belaian angin pantai. Beberapa orang tampak tidur-tiduran beralas tikar di atas pasir di bawah rindang pohon waru.
Semua sarana yang digunakan pengunjung objek wisata milik Pemerintah Kabupaten Situbondo, yang dikelola oleh perusahaan umum daerah atau perumda itu, berupa tikar, ban dalam mobil, kano, dan perahu disediakan oleh warga di sekitar pantai yang menyewakan.
Untuk ban dalam ukuran paling kecil disewakan Rp10 ribu untuk 1 jam, ukuran lebih besar dan paling besar antara Rp20 ribu hingga Rp30 ribu. Sementara untuk sewa tikar cukup merogoh isi saku Rp10 ribu.
Untuk sewa kano seharga Rp30 ribu, sedangkan sewa perahu untuk ke tengah laut bertarif Rp100 ribu. Saat naik perahu, pengunjung bisa melihat ke bawah laut karena awak kapal menyediakan fasilitas kotak kayu dengan dasar kaca. Lewat kaca dalam kotak kayu itu pengunjung bisa melihat ikan-ikan berlalu lalang atau batu karang.
Tidak hanya mencemplung ke air untuk menikmati pantai yang terletak di Desa/Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, itu. Kalau hanya masuk ke lokasi pantai, pengunjung cukup membayar Rp10 ribu per orang tanpa dibatasi jam berkunjung.
Beberapa pengunjung sengaja datang hanya untuk menikmati udara pantai yang diyakini sangat bagus untuk kesehatan.
Ada pengunjung dari Kabupaten Bondowoso yang sengaja datang setiap pekan sekali ke pantai berombak landai itu untuk menerapi anaknya yang sakit asma. Terapi itu dilakukan karena dianjurkan oleh dokter yang menanganinya. Karena itu si orang tua juga sengaja datang ke Pantai Pasir Putih untuk menghirup udara pantai yang segar, dengan niat untuk kesehatan.
Pada saat pandemi COVID-19 masih banyak pasien di Situbondo, pantai yang berada di jalur utama Pulau Jawa-Bali itu dijadikan sebagai lokasi karantina. Lokasi itu memang sangat ideal untuk lokasi karantina karena jauh dari perkampungan penduduk dan memiliki pemandangan dengan udara bebas menghadap ke laut dan sinar matahari juga tertangkap dengan sempurna.
Sejumlah hotel yang biasanya digunakan menginap bagi pengunjung dimanfaatkan untuk menampung para pasien dan keluarga pasien yang positif terjangkit Virus SARS-CoV-2 itu.
Objek wisata Pasir Putih sempat ditutup total saat kasus pandemi COVID-19 sedang tinggi, yakni akhir 2021 hingga awal 2022. Kini Wisata Bahari Pasir Putih itu dibuka kembali dan mulai marak dikunjungi masyarakat.
Kini, angka pasien COVID-19 telah melandai, meskipun negeri ini belum sepenuhnya dapat digolongkan telah bebas dari paparan virus Corona jenis baru itu. Sejumlah objek wisata sudah mulai ramai dikunjungi warga, termasuk Pantai Pasir Putih Situbondo.
Jika pengunjung ingin menginap dan bisa menikmati suasana dan angin malam di pinggir pantai, bisa menyewa penginapan dengan harga antara Rp250 ribu hingga Rp500 ribu per malam. Biasanya di penginapan itu tidak menyediakan makanan sehingga pengunjung bisa memanfaatkan warung atau rumah makan di lokasi itu.
Atau bisa juga pengunjung membawa ikan dari luar kemudian dibakar di area tersebut. Biasanya adegan membakar ikan ini lebih meriah jika malam hari dan pengunjung bermalam di salah satu penginapan. Tentu lebih nikmat lagi jika ikan yang didapat dari nelayan yang berlabuh di sekitar pantai tersebut karena ikannya masih segar.
Tidak hanya pada hari Minggu atau hari libur, objek wisata itu ramai. Pada hari-hari biasa, banyak warga masyarakat yang datang meskipun hanya menghabiskan waktu pada pagi hingga siang hari atau sebaliknya dari siang hari hingga petang. Bahkan, pada libur Lebaran pada Mei 2022, jumlah pengunjung di Pasir Putih mencapai 5.512 orang dalam sehari.
Mulai pulih
Bagi pengunjung yang memilih datang pagi dan ingin menikmati Matahari terbit, dapat memanfaatkan dermaga yang menjorok agak ke tengah, sedangkan untuk menikmati Matahari tenggelam, cukup dari bibir pantai, bahkan dari bawah pohon rindang, terutama saat posisi Mentari berada di utara.
Selain menyediakan sarana rekreasi bagi warga, baik dari Situbondo maupun bagi warga luar daerah, keberadaan objek wisata bahari Pasir Putih juga menjadi tumpuan ekonomi warga yang umumnya bekerja sebagai nelayan itu.
Selain menangkap ikan, warga di kawasan Pasir Putih juga membuat beragam cenderamata yang dibuat dari bahan dasar kuli kerang atau membuat kaus dengan tulisan "Pantai Pasir Putih Situbondo". Selain itu, warga juga menjual aneka ikan kering dan turunannya, seperti kerupuk atau terasi.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjadikan kawasan wisata sebagai proyek percontohan pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi dan pengembangan halal value chain bagi produk industri dan usaha kecil dan menengah.
Dengan sistem halal itu, maka Pemerintah Kabupaten Situbondo mengarahkan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Kawasan itu dipilih karena dinilai istimewa, yakni Situbondo sebagai "Kota Santri", sekaligus memiliki objek wisata yang legendaris.
Situbondo juga menjadi pintu masuk wisatawan dari barat, termasuk dari Surabaya dan sekitarnya maupun dari timur, yakni dari Situbondo sendiri, Kabupaten Bondowoso, Jember dan Banyuwangi. Karena itu, objek wisata tersebut menjadi semacam tempat rehat (rest area) bagi masyarakat yang melakukan perjalanan jauh dari sejumlah daerah di Pulau Jawa menuju Banyuwangi atau bahkan ke Bali.
Selain menjadi jujukan masyarakat yang ingin memenuhi dahaga batin untuk menikmati suasana laut dan bermain bersama keluarga, semaraknya kembali pengunjung yang datang ke Pantai Pasir Putih tentu akan menambah pemasukan pada pemerintah daerah setempat. Sisi lain dari kembali ramainya kunjungan di objek wisata menunjukkan bahwa ekonomi masyarakat mulai pulih. Masih di semangat kemerdekaan dengan jargon "Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat".