Surabaya (ANTARA) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Adik Dwi Putranto menawarkan peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi antara Jatim dengan Thailand, khususnya di sektor non-migas.
Adik, saat bertemu Konsul Kehormatan Kerajaan Thailand di Surabaya, di acara "Mini Thailand Week 2022", Jumat, mengatakan penawaran peningkatan itu karena dalam lima tahun terakhir, neraca perdagangan Jatim dengan Thailand selalu minus.
"Kita kalah dalam banyak komoditas ekspor, utamanya pertanian (agriculture). Untuk itu, Kadin berharap pemerintah Thailand membantu kami memasarkan produk Jatim di Thailand," ujar Adik yang juga pengusaha asal Kota Batu itu.
Adik mengatakan, dengan peningkatan itu diharapkan tercipta keseimbangan antar kedua belah pihak.
Adik mencatat, pada tahun 2018, ekspor Jatim ke Thailand mencapai 449,41 juta dolar AS, sementara impor Jatim dari Thailand mencapai 1,133 miliar dolar AS.
Baca juga: Kanada bidik potensi investasi sektor pertanian Jatim
Di tahun 2019 ekspor Jatim ke Thailand mencapai 418,3 juta dolar AS dan impor mencapai 982,29 juta dolar AS Dan di tahun 2020 realisasi ekspor Jatim ke Thailand juga masih landai, hanya mencapai 451,92 juta dolar AS sedangkan realisasi impor mencapai 750,1 juta dolar AS.
"Di tahun 2021, kondisinya masih sama, ekspor Jatim mencapai 624,04 juta dolar AS sedangkan impor Jatim dari Thailand cukup besar, mencapai 918,5 juta dolar AS.
"Untuk itu, kami berharap Thailand membantu Jatim meningkatkan agar terjalin kerja sama perdagangan yang seimbang," kata Adik.
Wakil Ketua Umum Bidang Promosi dan Perdagangan Luar Negeri Kadin Jatim, Tommy Kaihatu mengakui hal yang sama, bahwa selisih neraca perdagangan antara Jatim dengan Thailand cukup besar, impor Jatim dari Thailand hampir dua kali lipat dari realisasi ekspor Jatim dari Thailand.
"Kami tidak ingin hanya menjadi pasar bagi Thailand, harus ada kerja sama seimbang. Untuk itu, saya juga mengajak mereka untuk berinvestasi di sini. kerja sama investasi ini akan menjadi solusi tepat bagi Thailand dan Indonesia. Terlebih kebijakan pemerintah Jokowi saat ini adalah mengurangi impor dengan memaksimalkan potensi dalam negeri," kata Tomy.(*)
Baca juga: Kadin Jatim gandeng Unesa targetkan seribu dosen tersertifikasi pada 2022