Surabaya (ANTARA) - Lembaga Perlindungan Anak Kota Surabaya menilai program kampung pintar yang digagas dinas pendidikan setempat menjadi sarana belajar tidak terpisah dari sekolah formal dan bisa menekan angka putus sekolah.
"Sehingga kaitan dengan merdeka belajar, anak-anak bisa belajar dimana pun dan tetap dibimbing oleh pengajar," kata Ketua Dewan Penasihat Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Surabaya Isa Ansori di Surabaya, Senin.
Menurut dia, hal itu bisa dijadikan sebagai bagian dari sekolah formal yang diharapkan bisa menekan angka putus sekolah. Apalagi setelah pandemi COVID-19, belajar melalui jaringan juga menjadi keniscayaan.
Dengan begitu, kata dia, pendidikan di Surabaya akan mencerminkan visi dan misi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, yakni menjadikan Kota Surabaya sebagai kota bergotong royong yang maju, humanis dan berkelanjutan.
Maju dalam arti punya terobosan menekan angka putus sekolah dengan melakukan pendidikan model kombinasi dan humanis. Pendekatan yang dilakukan berperspektif kepentingan terbaik anak dan berkelanjutan, artinya anak-anak masih terjamin proses keberlangsungan pendidikannya.
Isa menyampaikan program kampung pintar cukup baik karena mencoba meminimalisasi penyimpangan dan perubahan perilaku anak-anak dan remaja di Surabaya yang begitu cepat, juga angka putus sekolah.
"Pendidikan sudah bergeser, bukan lagi persoalan kepintaran, tapi lebih pada persoalan kecerdasan, sehingga akan lebih dibutuhkan adalah bagaimana melakukan edukasi agar anak-anak bisa berperilaku baik," kata Staf Ahli Wali Kota Surabaya ini.
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh sebelumnya mengatakan pihaknya menggagas terciptanya kampung pintar dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, seperti Karang Taruna, pemuda-pemudi, mahasiswa-mahasiswi yang kos dan masyarakat.
Menurut dia, pada setiap kampung nantinya ada tempat untuk belajar anak-anak, baik di Balai RT atau balai RW. Bahkan, bisa juga di rumah warga yang bersedia rumahnya dipakai untuk belajar anak-anak sekitar.
"Mereka akan dibimbing oleh mahasiswa-mahasiswi yang ada di daerah setempat. Entah itu mahasiswa-mahasiswi kos atau dari karang taruna dan pemuda-pemudi. Intinya, kita ketuk hati mereka untuk peduli dan membantu belajar adik-adik mereka di kampungnya," kata Yusuf.