Situbondo (ANTARA) - Puluhan santri Yayasan Jamiyah Tahfidz Quran Situbondo, Jawa Timur, Jumat, diberangkatkan ke Kairo, Mesir, untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al Azhar melalui program beasiswa penuh dan beasiswa parsial.
Pengasuh Yayasan Jamiyah Tahfidz Quran Situbondo, Nur Hidayat mengemukakan dari 25 santrinya itu, 21 orang di antaranya melanjutkan pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, dan empat orang santri lainnya ke Univeristas Internasional Khartoum Sudan.
"Sebenarnya di yayasan ini kami fokus mengajar ilmu agama, seperti menghafal Alquran, dan ilmu-ilmu syariah. Tapi, kami juga memberikan akses kepada mereka yang ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri melalui jalur beasiswa, salah satunya ke Al Azhar," kata Nur Hidayat.
Ia menjelaskan, ada dua jenis beasiswa melanjutkan pendidikan di Universitas Al Azhar, yaitu beasiswa penuh dan beasiswa parsial atau tidak sepenuhnya ditanggung, yang artinya bantuan untuk studi saja dan tidak mencakup akomodasi dan uang saku.
Menurut Nur Hidayat, sejak 2015 hingga 2022 sudah ada sekitar 50 santrinya yang melanjutkan pendidkan ke Univeristas Al Azhar dan Khourtum Sudan.
"Kami berencana akan membuka akses beasiswa ke universitas lainnya di beberapa Negara Timur Tengah," tuturnya.
Hafidz Ubaidillah, salah seorang calon mahasiswa Universitas Al Azhar mengaku butuh waktu tujuh bulan untuk memenuhi persyaratan menjadi calon mahasiswa di Al Azhar, yang ditempuhnya di Yayasan Jamiyah Tahfidz Quran Situbondo.
"Setelah lulus dari SMA Ibrahimy Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, saya belajar di sini untuk memperdalam ilmu yang menjadi syarat melanjutkan pendidikan ke Universitas ke Al Azhar," katanya.
Selama tujuh bulan, lanjut dia, ilmu yang dimantapkan di antaranya, ilmu yang meliputi Nahwu, Sharraf, dan Balaghah, serta mampu membaca kitab kuning, berbahasa Arab, dan hafal Alquran minimal dua juz, termasuk mendapatkan ilmu wawasan kebangsaan.
"Memang sejak awal prsesnya sangat susah. Tapi akhirnya saya senang karena hari ini bisa berangkat ke Kairo, Mesir, melanjutkan pendidikan di Universitas Al Azhar," tuturnya.
Senada juga disampaika Muhammad Said Nabil Abdullah. Ia mengaku senang karena cita-citanya mengenyam pendidikan di Universitas Al Azhar bisa tercapai. Namun demikian, katanya, Ia harus melewati beberapa tahapan seleksi, mulai tes tulis dan wawancara.
"Sejak dulu saya terobsesi melanjutkan pendidikan di Al Azhar, karena merupakan kiblat ilmu dalam Islam, dan sandaran keilmuannya jelas. Apalagi guru kami lulusan Al Azhar, dari cerita beliau saya makin termotivasi untuk berangkat ke Al Azhar," tuturnya.
Dari 25 santri yang berangkat ke Universitas Al Azhar dan Universitas Internasional Khartoum Sudan, berasal dari beberapa daerah, yaitu Situbondo, Banyuwangi, Bondowoso, Jember, Lamongan, Mojokerto, Jember, dan Lombok Nusa Tenggara Barat. (*)