"Ini program sangat penting, ada BPSDM dan Dinas Pertanian semoga cepat dibuatkan PKS-nya dengan IPB," kata Khofifah.
Dari 10 desa mandiri secara nasional pada tahun 2021, lima desa di antaranya disumbang Provinsi Jawa Timur dari Kota Batu berjumlah dua desa dan Kota Banyuwangi sebanyak tiga desa.
"Tapi kita ingin tingkatkan lagi agar lebih banyak dengan kerja sama One Village One CEO ini," ungkapnya.
Khofifah menginginkan program tersebut bukan hanya dapat mengolaborasikan petani dan BumDes dengan para akademisi, namun juga bisa memberikan ruang bagi anak-anak SMK ikut berperan dalam pergerakan ekonomi desa.
Ada 20 SMK yang mulai berkembang, di antaranya satu siswa berprestasi sudah memiliki penghasilan sendiri sebesar Rp25 juta per bulan dan beberapa siswa lain Rp1 juta sampai Rp2 juta.
"Jadi kami ingin mereka anak SMK ini bisa masuk vokasi program ini," katanya.
Sementara itu, Rektor IPB Arif Satria mengatakan sebenarnya kerja sama antara IPB dengan Pemerintah Jawa Timur sudah lama terjalin. Berbagai inovasi telah berjalan dan berkembang di sana seperti varietes padi IPB3S di Banyuwangi, Malang dan Blitar.
Kemudian, ada inovasi nanas PK1, pengembangan sekolah peternakan rakyat di Bojonegoro dan Jombang, teknologi fine bubble untuk udang dan sumur resapan untuk pengolahan limbah plastik Lamongan.
"Tentu ini menjadi awal yang sangat baik sekali, walaupun kita sudah terus berkomunikasi. Namun secara eksekusi untuk berkolaborasi dengan IPB, menurut saya ini sangat penting bagi IPB juga," ujarnya.
Arif menyampaikan IPB sebagai lembaga perguruan tinggi hanya bisa menghasilkan lulusan-lulusan unggul dan inovasi-inovasi yang unggul.
Sementara untuk meningkatkan kemampuan (skill up) di industri sesungguhnya memerlukan kolaborasi dengan dunia usaha dan pemerintahan.
"Jadi agar lebih bernilai ekonomis dan punya jangkauan yang luas tidak mungkin IPB sendiri," kata Arif.